Aku masih ingat pertama kali membuat blog. Kala itu, aku hanya ingin punya tempat untuk menuliskan pikiran, tanpa benar-benar tahu ke mana semua ini akan membawaku. Blog pertama yang kubuat lebih mirip buku harian digital—berisi cerita sehari-hari, opini, atau bahkan curhatan yang mungkin hanya aku sendiri yang peduli. Aku tidak menyangka bahwa menulis di blog akan menjadi perjalanan panjang yang membantuku memahami diriku sendiri.
Saat itu temanku yang mengenalkan aku pada blog. Temanku bilang, kamu kan suka menulis, lebih baik simpan tulisan kamu di sini. Aku yang baru mendengar kata blog langsung mengerutkan dahi, “Apa itu blog? Apakah sama seperti Friendster atau Facebook?”
Segera aku membuat blog dibantu teman tahun 2011 di sebuah warnet depan sekolah ketika pulang sekolah masih memakai seragam putih abu. Pikiran anak putih abu yang baru tahu tentang digital, mengetahui tulisan tersebut bisa dibaca semua orang, tapi tetap menulis tentang keresahan hati alias curhat personal, haha.
Lucu banget kalau baca tulisan dulu di tahun 2011. Sampai sebal sama kejadian pun diceritakan, random banget. Seiring waktu, blog bukan hanya menjadi wadah menulis, tetapi juga tempatku berefleksi. Setiap tulisan yang ku bagikan seolah menjadi potongan puzzle yang membentuk gambaran siapa diriku.
Dari sekadar berbagi cerita, aku mulai menemukan pola dalam pikiranku, mengenali emosi yang banyak aku rasakan setelah melahirkan. Blog membawa perubahan dalam diriku, aku semakin mengenal diriku dan menemukan sesuatu yang sempat “hilang” dalam diri.
Ngeblog bagiku perihal tentang kesehatan mental. Berkat ngeblog aku belajar bayak hal dan bertemu banyak orang yang turut mempengaruhi sudut pandangku tentang menghadapi perjalanan hidup.
Bagaimana kisah perjalanan ngeblog ku selama 10 tahun ini? Di tulisan ini, aku ingin berbagi bagaimana perjalanan ngeblog selama satu dekade ini membantuku mengenal diri sendiri. Dari mulai nulis di warnet, hingga punya laptop sendiri. Awalnya menulis curhat, hingga kerjasama dengan klien.
Berkenalan dengan teman-teman online hingga bertatap muka langsung dalam sebuah kegiatan. Dari awal yang sederhana, titik balik yang mengubah perspektif ku, hingga bagaimana blog berperan dalam menjaga kesehatan mentalku.
Perjalanan Ngeblog dan Perubahan Diri
Aku menyadari bagaimana cara pikirku berkembang dari tahun ke tahun. Cara berpikirku sekarang, berbeda dengan 10 tahun yang lalu. Begitu juga aku memandang sebuah blog.
Ketika kuliah di Jakarta aku mencari bagaimana peluang yang bisa dihasilkan dari blog. Dulu masih menggunakan modem untuk berselancar di dunia maya. Seharusnya tinggal di ibukota bisa lebih mudah, sayangnya aku tidak menemukan jalan menjadi blogger. Mungkin internet juga belum se-ramai sekarang. Meski begitu, aku tetap menulis meski masih belum rutin setiap hari.
Aku tidak terlalu memikirkan kualitas tulisan, yang penting aku cerita saja, karena setiap kali selesai menulis ada perasaan lega telah mengurai masalah yang ada di kepala. Aku juga tidak terlalu peduli ada yang membaca atau tidak.
Memasuki dunia kerja membuat aku semakin kesulitan dalam menulis. Sulit sekali menulis, hampir tak tersentuh lagi. Lalu tiba-tiba aku merasa rindu dengan aktivitas ngeblog ku. Aku perlu blog, aku membutuhkannya sebagai "teman ngobrol" dan berbagi kisah apa yang aku rasakan. Banyak hal yang terjadi, sayang untuk tidak diceritakan dalam blog.
Pada kondisi itu lah aku mulai kembali melirik blog. Aku niatkan untuk kembali mengukir rekam jejak digital yang harapannya bisa di baca anakku berapa tahun kemudian. Rasanya foto di gallery saja tidak cukup untuk menggambarkan momen-momen berharganya.
Aku juga ingin membangun karir yang sempat tertunda. Aku ingin kembali dalam dunia profesional agar keilmuan ku tidak redup ditelan arus digital yang semakin pesat. Aku ingin melalui digital justru memberi aku kesempatan untuk berkembang meski hanya dari rumah.
Inilah jalanku, melalui blog aku mulai kembali menata apa yang sempat hilang. Mulai kembali merangkul diriku yang sempat tidak percaya diri bahkan ketika aku berkaca pada cermin, "Hei, kamu siapa?"
Setelah melahirkan aku sering merasa seperti itu. Seringnya di rumah, saat keluar untuk jalan-jalan aku banyak bertanya pada diriku, siapa aku sebenarnya? Hal yang lama-lama membuat aku takut kenapa aku bisa berpikir seperti itu
Kini, aku dengan bangganya bilang pada cermin, "Hai, aku Fida, aku seorang Ibu Rumah Tangga dan Blogger." Ngeblog berhasiebuat aku kembali bangkit dan percaya diri.
Menjaga Kesehatan Mental Lewat Ngeblog
Blog yang telah lama kutinggalkan, kini ku sentuh kembali karena aku mengalami stres dan tekanan setelah melahirkan. Bisa dibilang aku mengalami baby blues syndrome. Pikiranku selalu diliputi rasa bersalah dan sedih yang berlarut.
Aku tidak bisa begini terus, batinku. Aku harus bangkir agar bisa menjaga anak lebih baik lagi. Hal yang aku cari pertama kali adalah blog. Aku mulai membuat peta dan fokus untuk membuat blog. Sebelum memulai, aku izin suami terlebih dahulu agar semua prosesnya dimudahkan.
Suami langsung mengizinkan malah mendukung aku untuk kembali menulis menemukan sesuatu yang aku sukai. Mulailah aku berselancar mencari tahu cara menulis di blog yang benar. Beruntung aku menemukan kelas gratis rasa premium yang didirikan oleh Mbak Marita Surya Ningtyas. Terima kasih mbak Marita yang telah membuka jalan pertemanan, ilmu dan rezeki dari ngeblog. Belum bisa membalas kebaikan beliau, namun doa takkan putus semoga Mbak Marita selalu dimudahkan segala urusannya dan selalu bahagia di mana pun berada.
Mbak Marita juga aktif berkomunitas di Gandjel Rel Semarang. Kalau ditanya siapa mentor dalam ngeblog, beliau inilah mentorku dalam perjalanan ngeblog aku selama ini.
Blog bukan sekedar hobi, tetapi juga menjadi cara untuk menjaga kesehatan mentalku. Ada perasaan bahwa blog tempat yang aman untuk aku mencurahkan pikiran dan perasaan.
Menulis bisa mengurai permasalahan yang ada di kepala dan menemukan solusi dari masalah yang ku hadapi. Aku terbiasa mengurainya ke dalam tulisan di buku, kenapa tidak aku tuliskan juga di blog yang siapa tahu jadi informasi penting dan pengalaman yang sama bagi pembaca.
Kebanyakan tuisan di blog ku ini kisah dari pengalam sendiri yang aku kemas menjadi tulisan yang informatif, alias curhat colongan, hehe. Aku merasa lebih lega setelah menulis, seolah beban yang ada di pikiranku sedikit demi sedikit berkurang. Proses menuangkan kata-kata ke dalam tulisan memberiku ruang untuk berpikir lebih jernih dan menemukan perspektif baru terhadap situasi yang sedang terjadi.
Interaksi dengan pembaca juga sangat membuatku semangat. Banyak komentar yang kondisinya relate denganku membuat aku merasa tidak sendirian. Dukungan dari komunitas juga sangat mendukungku bahwa ngeblog bukan sekadar menulis, melainkan sebuah perjalanan untuk mengenal, memahami, dan menerima diri sendiri.
Perjalan Berharga yang Didapat Melalui Ngeblog
Blog telah menjadi bagian yang penting dalam hidupku. Rasanya takkan mungkin aku tinggalkan, karena kalau aku tinggalkan mungkin aku malah semakin stres. Sekalipun kadang pusing karena deadline, namun rasanya aku menikmatinya, tak kebayang jika harus meninggalkan blog lagi.
Selain komunitas yang mendukungku, ada laptop yang selalu setia menemaniku ngeblog selama 10 tahun ini. Perjalanan ngeblog, tentu saja tidak bisa lepas dari laptop. Tanpa laptop, tidak mungkin rasanya aku bisa maintance dengan lancar karena memang urusan merawat blog hanya bisa pakai laptop. Ada beberapa tools yang memang hanya bisa menggunakan laptop.
ASUS mendukung perjalanan komunitas blogger di Indonesia dengan mengadakan kegiatan offline maupun online sejak tahun 2015. Asus jadi saksi setiap perjalan blogger di Indonesia yang tidak mudah. Asus terus berinovasi dengan menghadirkan laptop yang memudahkan Blogger berkarya dan berdaya.
Tumbuhnya seorang Blogger tak lepas dari kehadiran Asus, salah satunya Asus Vivobook S15 (S5507) yang ramping dan ringan, cocok dibawa Blogger berkegiatan. Memorinya juga sangat besar, sehingga memudahkan Blogger membuat konten dan mengumpulkan data.
Bukan hanya sekedar laptop, namun dirancang dengan menghadirkan kecerdasan bantuan AI. Wah kebayang ya canggihnya seperti apa. Laptop menjadi penunjang dalam kegiatan menulis ngeblog. Perjalan ngeblog ini terasa hampa jika tidak adanya dukungan dari media berupa laptop.
Kesimpulan
Perjalanan ngeblog 10 tahun membuktikan bahwa menulis bukan hanya sekedar aktivitas menulis, tetapi proses refleksi diri. Tidak hanya menemukan siapa diriku, tapi juga tempat aku berproses dari tahun ke tahun.
Melalui ngbelog, aku bisa mendapatkan pertemanan, wawasan dan rezeki. Blog menjadi tempat aku belajar dan berbagi melalui komunitas. Senang sekali bisa bertumbuh dengan laptop kesayangan Asus Vivobook S15 (S5507).
Terima kasih untuk selalu mendukung para Blogger untuk selalu tumbuh dengan karya-karyanya. Bagaimana perjalanan ngeblog kamu? Apakah sama denganku? Atau ada yang baru memulai di tahun ini? Yuk, sharing juga perjalanan ngeblog kamu!
Artikel ini diikutsertakan pada Lomba Blog 2015 ke 2025 Perjalanan Ngeblogku yang diadakan oleh Gandjel Rel.
kurang lebih, sama ya mbak. Dengan blogging, cukup bisa menyalurkan isis pikiran yang sering semrawut. Duh, apa ya bahasa indonesianya semrawut,kwkwkkw. Menurutku, keren sih mbak fida ini. Lewat blogging langsung wus-wus personal brandingnya. Sampai bisa mengenali diri sendiri.
BalasHapusAlhamdulillah ya mbak. Semoga bisa terus konsisten ngeblog 😍
HapusPerjalanan yang menyenangkan ya..banyak kilas balik yang bisa kita intip dan rayakan sejauh mana perjalanan ini sudah ditempuh
BalasHapusWah sudah lama banget ya.. Umma yang masih newbie ini merasa termotivasi untuk membersihkan sarang laba-laba di blog
BalasHapusSudah 10 tahun ngeblog, lama juga ya mbak. Saya baru 4 tahun ini ngeblog, masih harus banyak belajar. Saya juga lulusan Blogspedia Coaching (4).
BalasHapusPerjalanan ngeblog ku baru seumur jagung nih, tetapi seru. Nano-nank banget rasa nya.
BalasHapusBagiku ngeblog juga untuk menjaga kewarasan, sekaligus dapat cuan wkwkwk
Masya Allah, ternyata sudah lama banget ngeblog. Semoga diriku bisa konsisten juga ngeblog 🙏🏼
BalasHapusSama halnya kaya aku mbak Fida, udah lama kenal blog tapi karena aktivitas lainnya jadi lupa. Pada akhirnya berlabuh ke blog. Mbak Fida keren lah kiprah di dunia nge blog
BalasHapusaku juga baru benar-benar serius belajar ngeblog sejak kenal dengan kelasnya mba marita. padahal udah pernah punya blog sejak 2013san. sayangnya akunnya udah gak bisa masuk karena lupa ps, dibikinin teman juga sih. dan lupa juga siapa temen yang bikinin wkwk
BalasHapusSatu guru, satu ilmu, nih. Aku juga pertama belajar ngeblog itu dari Coach Marita. Ngeblog memang bukan sekadar menulis, ada oprak-opreknya, bertemannya, jobnya. Seseru itu memang. Meskipun perjalanan ngeblogku nggak kayak Whoosh, tetapi aku ingin sampai kapan pun tetap ngeblog.
BalasHapusMasya Allah, writing is healing beneran terjadi ya, Mbak. Sebagai jalan untuk release emosi dan stress. Sekarang mah udah jago ya. Udah sering menang lomba, nulisnya juga udah banyak. Plus sudah menghasilkan juga ya, blognya. Happy blogging selalu mbak ..
BalasHapusBlog adalah rumah untuk bertumbuh dan berkembang. Wuih mantap emang Mba Fida ini 👏👏
BalasHapusRefleksi yang paling kerasa itu, pas liat tulisan blog paling awal. Masih ada alay-alaynya 😆
Alhamdulillah bisa merasakan kemanfaatan blog yang lebih dari sekedar media untuk menulis, di blog kita bisa berkembang dengan bertemu sesama narablog, bahkan klien yang berpotensi cuan juga, ya
BalasHapusseneng rasanya kalau blog yang kita buat, bisa memberikan manfaat untuk pembaca dan untuk kita sendiri, seperti membawa pengaruh ke kesehatan mental
BalasHapusdulu waktu aku bikin blog, awalnya juga ingin berbagi di dunia maya dan ninggalin jejak digital tentang siapa aku. Dan nggak nyangka bertahan sampe sejauh ini
dan aku seneng bisa dapet ilmu dan banyak temen blogger meskipun belum semuanya pernahbertemu langsung, tapi rasanya kayak udah kenal lama