cerita mbun

Cara Melatih Emosi Anak: Langkah Mudah untuk Orang Tua

9 komentar
Tips melatih emosi anak

Menjadi orang tua banyak belajarnya. Salah satunya cara menghadapi emosi anak yang tidak menentu. Semakin bertambah usianya, semakin berkembang emosi yang ia tunjukkan.

Kita yang sudah dewasa saja terkadang masih sulit untuk mengontrol emosi apalagi anak-anak yang perlu dibantu dan diarahkan dalam menghadapinya. Makanya sebelum menghadapi emosi anak, sebaiknya kita sudah selesai dengan emosi sendiri. Sehingga kita bisa lebih tenang menghadapi anak.

Untungnya emosi yang anakku tunjukkan tidak dalam tahap berlebihan. Sehingga aku masih bisa menghadapinya. Malah dari bayi dia termasuk anak yang aktif namun tenang, tidak mengalami tantrum berkepanjangan.

Namun, saat usianya menuju 4 tahun, ia mulai menunjukkan sikap protes dan bentuk tidak suka. Ia mulai bisa menyampaikan pendapatnya karena sudah bisa bicara dengan lancar. 

Ini sering terjadi ketika aku terlalu lama berhadapan dengan laptop. Biasanya ia akan marah dan segera memintaku bermain bersamanya. Duh, kadang emosi yang ia tunjukkan itu terlalu menggemaskan untuk kuta balik marah pada anak. 

Tapi, tahan ya Bun, jangan menganggap emosi anak lucu di depannya. Itu aka membuatnya tambah marah dan merasa tidak dihargai. Validasi emosi perasaan marah tersebut. 

Sebelumnya membahas cara melatih emosi anak, kita pahami dulu apa yang dimaksud dengan kecerdasan emosi anak, yuk!


Kecerdasan Emosi Anak

Kecerdasan emosional anak adalah kemampuan mengelola, memahami dan mengekspresikan emosi anak. Kecerdasan emosi anak perlu dibangun sejak dini agar ia siap menghadapi tantangan dan baik untuk masa depannya kelak.

Seiring bertambahnya usia, emosi anak ini semakin kompleks. Emosi yang dirasakan anak ada karena hubungan sebab akibat.

Apa itu kecerdasan emosi anak 
Satu hal yang perlu dicatat untuk tidak membiarkan anak selau ingin merasakan senang. Ya, memang kita ingin anak merasakan bahagia terus ya, tapi perjalanan hidup membuat anak memiliki berbagai macam emosi dan berbagai macam karakter manusia.

Biarkan anak memiliki beragam emosi agar ia tumbuh dengan sikap positif dan percaya diri. Aku sebagai orang tua juga belajar untuk mengelola emosi agar anak bisa mencontoh cara mengelola emosi dari orang tuanya.

Ada saatnya kalau aku cape rasanya ingin teriak dengan kencang atau saya berdebat dengan pasangan. Kita harus bisa menunjukkan bagaimana emosi itu seharusnya dihadapi degan tenang. Orang jadi ikut belajar dan menahan untuk tidak menunjukkan emosi yang berlebihan.


Cara Melatih Kecerdasan Emosi Anak

Jujur, ini struggle ku dari dulu hingga kini bagiamana cara mengelola emosi dengan baik. Tapi, Alhamdulillah di depan anak aku bisa mengelolanya. 

Memnag sulit, tapi bukan berarti tidak bisaya. Yuk, ini langkah mudah yang bisa orang tua lakukan pada anak.

1. Mengajarkan Keterampilan Sosial

Mengajarkan keterampilan sosial sangat penting pada anak. Ini akan terlihat saat anak berinteraksi dengan temannya.

Ajarkan cara menumbuhkan empati pada anak, bekerja sama dengan orang lain dan menyelesaikan permasalahannya. Anak juga punya masalah dan bisa sedih. Biarkan anak belajar menyelesaikan masalahnya.

Aqlan dan teman-temanya sering main di rumah. Awalnya anteng lama-lama ada saja hal yang diributkan. Aku membiarkan sambil memperhatikan bagaimana Aqlan menyelesaikan masalah.

Dari situ, anak bisa belajar bagaimana harus menyelesaikan masalah. Apakah dengan emosi, mengalah, menangis dan lain-lain. Selama anak tidak melukai dirinya dan orang lain biarkan saja. 

Ada saja idenya anak untuk menyelesaikan masalahnya. Setelah itu mereka akan bermain seperti biasa lagi. Seolah tidak ada yang terjadi. Andai emosi orang dewasa semudah penyelesaian konflik anak ya, hehe. 

2. Mengenali Emosi Anak

Cara mengenali emosi anak
Anak juga mengenal emosi seperti orang dewasa. Kadang gembira, sedih, marah dan kecewa. Saat anak menunjukkan ekspresi, kenali emosi anak apakah ia sedang sedih atau marah. Jika anak sedih dukung emosionalnya kalau perasaan sedih itu emang ada dan tidak apa-apa jika ingin menangis.

Aku membiarkan anak laki-laki untuk menangis sampai ia berhenti. Tidak pernah melarangnya untuk berhenti menangis atau jangan menangis. Laki-laki juga punya perasaan sedih dan ia berhak menangis.

Tunjukkan pada anak kalau orang tua selalu ada untuk mendukungnya. Ajarkan anak bernafas pelan-pelan untuk mengurangi ketegangan saat marah.


3. Biarkan Anak Mengekspresikan Emosi

Biarkan anak untuk menunjukkan berbagai macam emosi. Dengan begitu anak akan mengenali emosi apa yang sedang ia rasakan.

Mengekspresikan emosi penting agar anak bisa membangun komunikasi yang efektif dan mengurangi stres yang ia hadapi.

Berekspresi dalam emosi membuat anak memiliki jeda untuk mengambil langkah apa yang akan ia hadapi selanjutnya.


4. Melatih Kemandirian Anak

Biasanya anak mudah menangis karena takut kehilangan. Bagi anak usia 1-2 tahun, Bunda cuman ke kamar mandi saja pasti ditangisi kan? Untuk itu, Bunda bisa melatih kemandirian anak dengan membiarkan dia sendiri dan diberi pengertian bahwa bunda tidak akan lama ke kamar mandi.

Mencoba mendorong anak untuk mengambil risiko yang sehat. Biarkan anak mengalami kegagalan. Itu akan membantu anak menjadi lebih percaya diri dalam mengambil keputusan.

Di usia menuju 4 tahun ini, Aqlan sudah bisa bermain sendiri tanpa harus aku temani. Aku mulai melatihnya untuk bermain sendiri ke rumah teman. Hal itu aku lakukan agar ia bisa menghadapi masalah sendiri tanpa harus bergantung denganku.

Bunda juga tidak usah khawatir anak akan melakukan kesalahan. Percayalah anak akan baik-baik saja. Kalau terjadi sesuatu biasanya ia akan segera pulang ke rumah. Sangat menggemaskan ketika Aqlan pulang dan mengatakan, “Mbun, Aqlan pulang. Cape sekali ya main sama teman-teman.”

Aku kira aktifnya Aqlan tidaj akan membuat ia lelah. Ternyata ada lelahnya juga, hihi. Main dari pagi, kalau sudah siang dan lelah ia akan segera pulang. 


5. Dengarkan Cerita Anak

Anak senang berimajinasi. Dengarkan cerita anak dan berikan tanggapan atas emosi yang ia rasakan. Anak belajar bagaimana berkomunikasi yang tepat dan baik dari cerita tersebut.
 
Beri dukungan anak dan tunjukan kalau bunda percaya pada ceritanya. Ini sering terjadi pada Aqlan bahkan saat ia bangun tidur katanya dia mimpi punya jalan tol, haha.


6. Tidak Mudah Menghakimi

Saat anak sedang marah atau kecewa, jangan mudah menyalahkan anak dan menghakimi. Dengarkan cerita atas peristiwa yang terjadi. Anak belajar merunutkan kronologisnya.

Sering juga ia ditinggalkan oleh teman-temannya sampai menangis. Aku bertanya “Kenapa Aqlan menangis?”

Lalu ia akan bercerita panjang kali lebar, dengarkan dan validasi emosinya setelah mulai reda beri tahu kalau jika ditinggalkan teman-teman berlari, Aqlan segera menyusul saja, jadinya tidak tertinggal.


Kesimpulan

Kecerdasan emosi harus dikenalkan sejak dini agar anak bisa dengan mudah berinteraksi dengan orang lain dan menjalin hubungan yang baik. Memiliki kecerdasan emosi yang baik membantu anak memiliki rasa percaya diri dan berani mencoba hal yang baru. 

Banyak sekali kejadian yang bisa menyebabkan anak emosi. Belajar dari setiap kejadian akan membuat anak selalu bersikap positif. Tidak apa gagal, dari situ anak akan belajar banyak hal..

Yuk, Ayah dan Bunda, sudahkah melatih kecerdasan emosi anak di rumah? 





Referensi:

  • Yuk Kembangkan Kecerdasan Emosional (EQ) Anak Dengan Cara Ini!- https://www.ef.co.id/englishfirst/kids/blog/yuk-kembangkan-kecerdasan-emosional-eq-anak-dengan-cara-ini/
  • Tahapan Perkembangan Emosi Anak Usia 1-5 Tahun - https://www.generasimaju.co.id/artikel/1-tahun/tumbuh-kembang/perkembangan-emosi-anak-sejak-dini
  • Pentingnya Mengembangkan Kecerdasan Emosional Anak Sejak Dini - https://nsd.co.id/posts/pentingnya-mengembangkan-kecerdasan-emosional-anak-sejak-dini.html
  • Mengembangkan Kecerdasan Emosional Anak, Ini Langkah Yang Harus Dilakukan Oleh Orang Tua - https://unifam.com/en/blog/mengembangkan-kecerdasan-emosional-anak

Related Posts

9 komentar

  1. Anak dan emosinya masuk ke dalam PR orangtua yang paling besar, sih, ya. Seringkali kita sebagai orangtua tidak memahami apa yang anak maksudkan tidak mencari tahu apa yang anak butuhkan.

    BalasHapus
  2. Menjadi orang tua itu belajarnya sepanjang hayat, ya. banyak sekali yang harus kita pahami, salah satunya cara melatih emosi anak. Ini penting sekali agar anak dapat tumbuh kembang tanpa insecure bahkan tak bisa mengekspresikan emosinya

    BalasHapus
  3. Jadi sebenarnya membiarkan anak menangis gpp yaa biar dia mengenali emosi yan sedang dirasakannya. Salah satu cara mengajari anak mengenal emosi marah. Cuma mungkin bagaimana penanganannya setelah dia menangis tersebut. Kita harus bijak sebagai orang tua memberi tau apa yg boleh dan tidak boleh dilakukan saat dia meluapkan emosi marah tersebut.

    BalasHapus
  4. Wah masyaallah terima kasih reminder-nya, Kak. Aku nih termasuk yang khawatir membiarkan anak main di luar gerbang. Banyak parnonya. Tapi belakangan aku biarkan anak aku yang 4 tahun untuk pergi ke musala sendiri, dan sering kali dia mampu melakukan hal yang kupikir belum bisa sendiri.

    BalasHapus
  5. validasi emosi ini penting lo agar anak tahu bagaimana cara mengenali emosinya sehingga nantinya dapat mengendalikannya. karena anak yang dapat mengendalikan emosinya ini nanti yang akan sukses

    BalasHapus
  6. Kadang aku suka dikomen sama sebagian orang kalau lihat aku diemin anakku yang nangis dan tantrum, soalnya di fase usia anakku lebih baik membiarkan dia untuk mengeluarkan semua emosinya, baru setelah fase egoisnya berkurang sedikit-sedikit kuajarkan untuk mengendalikan emosinya

    BalasHapus
  7. Anakku yang laki-laki sekarang ini sudah nggak tantrum lagi sih, emang pas bayi anteng baik budi banget, tapi meledak pas usianya 3 tahunan wkwk...Nah jelang 4 tahun ini sudah mulai baik lagi nih emosinya. Emang kita harus belajar mengenali emosi anak agar dia juga pandai mengelola emosinya, tapii yaa kayaknya kudu sabarrrr banget, dan orang tua juga dalam kondisi emosi yang stabil haha.

    BalasHapus
  8. Kalau kita sudah selesai dengan emosi diri sendiri tentunya akan lebih mudah dalam menghadapi emosi anak, ya. Namun, ini memang perkara menantang. Seringnya malah orang tuanya ikut tantrum. He-he. Itulah mengapa sebaiknya kita tidak berhenti belajar. Salah satunya dengan menyimak artikel parenting seperti ini.

    BalasHapus
  9. Banyak ilmuyang harus kita kuasai ya untuk mendidik anak, terkadang dalam pengaplikasinya tidak mudah. Dalam melatih emosi anak, memang harus di didik darikecil agar besarnya bisa cerdas emosi dan minimal tidak merugikan orang lain

    BalasHapus

Posting Komentar