cerita mbun

Tetap Kompak Merawat Anak Saat Long Distance Marriage

TIps kompak merawat anak saat LDM

Sebelum menikah, aku dan suami sudah menjalani hubungan jarak jauh alias Long Distance Relakanlah...ehhh Relationship. Saat itu aku masih menyelesaikan skripsi di Jakarta, sesudah lulus aku bekerja di Subang dan suami tetap bekerja di Karawang. 

Meski jarak Karawang-Jakarta atau Karawang-Subang tidak terlalu jauh, namun tetap saja kami tidak bisa seperti pasangan lain yang setiap hari bertemu. Dulu rasanya biasa ajaa sih nggak setiap hari bertemu. Malah kami jarang bertemu bisa sampai tiga bulan sekali. 

Sesudah menikah aku ikut suami ke Karawang, karena pekerjaan suami di Karawang dan aku yang mengalah untuk pindah kerja di Karawang. Aku bersyukur punya suami yang berasal dari Karawang, sehingga aku masih bisa menjaga persaudaraan dari pihak ayah. Jadi, setelah ayah meninggal, aku memutuskan untuk tinggal di kampung halaman Mama di Subang. Senang rasanya bisa kembali ke kota masa kecilku dulu.

Sudah terbiasa berjauhan, setelah menikah kok rasanya aku nggak mau jauh-jauh dari suami, haha. Kalau aku ada urusan di rumah Mama sampai harus menginap tanpa suami, aku bisa sampai kepikiran terus. Lebay banget ya? Wkwkwk.

Saat renovasi rumah, tepat 40 hari setelah melahirkan aku mengungsi ke rumah Mama. Tentu saja tanpa suami karena dia harus kerja. Biasanya sepulang kerja suami yang handle anak, kali ini aku hanya dibantu Mama. Rasanya pengen cepat-cepat selesai renovasi agar aku bisa kembali ke rumah.

Saat melahirkan dan di rawat inap aku hanya ingin ditemani oleh suami. Hmmm apakah aku se-bucin itu? Wkwkwk. Sejak saat itu fix aku tidak bisa menjalani LDM seperti kebanyakan pasangan suami istri. Salut sama pasangan yang bisa menjalankan pengasuhan dan hubungan rumah tangga jarak jauh.

Padahal bersama tiap hari di rumah juga kami tak lepat dari pertengkaran kecil dan ngomel-ngomel nggak jelas. Cuma kalau jauh beda saja rasanya. Apa aku saja yang kaya gini ya? Haha.

Ketidaksukaanku pada LDM, justru aku malah mengalaminya lagi. Meski masih dalam satu kota yang sama, karena urusan pekerjaan sehingga tidak bisa pulang setiap hari. Ini berat sekali buatku karean harus merawat anak sendirian, sementara aku juga punya kesibukan ngeblog dan mengurus domestik.

Membayangkannya saja sudah membuat lelah. Gimana kalau aku sakit? Siapa yang mengurus Aqlan?

Tapi, setelah dijalankan ternyata menyenangkan juga sih, aku jadi bisa punya waktu untuk diri sendiri. Nggak melulu mengurus suami. Malah ini jadi momen binding aku bersama Awalan semakin dekat. Emang dasar orangnya overthinking, jadi udah membayangkan hal negatifnya duluan padahal belum dijalani. 

Tantangan Merawat Anak Sendirian

Nggak selalu mulus, ada saja tantangan yang harus dihadapi. Sebenarnya bukan masalah anak sih, tapi permasalahan di rumah. Seperti tiba-tiba sanyo rumah, Dhana pohon mangga yang sudah mulai menyentuh kabel wifi, lampu di kamar mati, pergi ke kondangan sendirian dan lain sebagainya yang tidak bisa aku lakukan sendiri.

Aku mendadak jadi ibu yang kuat angkat galon sendiri, belanja bulanan, dan ngajak bermain anak. Pokoknya semua jadi serba sendiri dan itu berat kalau biasa dilakukan bersama.

Apalagi pekerjaan yang memang biasa dikerjakan oleh laki-laki. Aku jadi banyak mendelegasikan pada ahlinya ajaa, itu solusi yang tepat sih. Cuman kan kalau terjadi permasalahan saat malam hari? Ya harus menunggu besoknya lagi, huhu. 

Tips Tetap Kompak Merawat Anak Saat Sedang LDM

Menjalankan pola asuh jarak jauh bisa juga disebut dengan Long Distance Parenting. Sebetulnya aku nggak betul-betul sendiri, karena suami selalu menemani melalui pesan online agar komunikasi kami tetap terhubung di tengah gempuran pekerjaannya yang menumpuk..


1. Menjaga Kualitas Komunikasi

Meski sama-sama sibuk luangkan waktu untuk komunikasi dengan anak dan pasangan agar tidak ada salah paham yang terjadi.
Tidak perlu setiap hari, yang penting saya komunikasi itu terjaga kualitasnya. 

Bisa Dnegan membuat jadwal komunikasi, misalkan saat malam hari menjelang anak tidur atau pagi hari sebelum memulai pekerjaan. 

2. Jadwalkan Waktu Bermain dengan Anak

Tetapkan juga jadwal untuk bermain dengan anak. Buat quality time jadi bermakna. Manfaatkan waktu bertemu yang tidak lama untuk saling bercerita dan melepas rindu.

3. Tentukan Peran dan Tanggungjawab

Dalam kondisi yang heactic ini, berbagi peran dan tanggungjawab itu penting sekali. Saat ini aku sedang menjalankan peran menjaga anak, sehingga suami bisa lebih fokus pada pekerjaannya.

4. Rencanakan Keuangan

Rencanakan keuangan agar stabil sehingga kebutuhan rumah tangga terpenuhi. Sehingga tidak menjadi beban dalam merawat anak. 


5. Berikan Hadiah

Memberikan hadiah salah satu cara untuk menjaga quality time bersama keluarga. Kalau sedang telepon, biasanya suami akan bertanya pada anak, "Aqlan mau dibelikan apa kalau ayah pulang?" Selain menunggu ayah pulang anak juga menantikan hadiahnya, hihi. Nggak harus mahal, cukup memberikan makanan kesukaannya saja anak sudah senang.

Begitu pun hadiah untuk pasangan. Sebagai apresiasi dan mendukung pekerjaannya aku juga turut memberikannya hadiah. Kalau saling memberikan hadiah gini kan jadi sama-sama senang ya, hihi. 




Referensi:
https://id.theasianparent.com/hubungan-jarak-jauh
Terbaru Lebih lama

Related Posts

Posting Komentar