cerita mbun

Bekerja Bukan Hanya di Pabrik. Anak Muda Harus Bisa Melihat Peluang

16 komentar
Anak muda harus liat peluang

Karawang merupakan salah satu kabupaten yang ada di Jawa Barat. Lokasinya dua jam dari Jakarta. Dahulu, Karawang dikenal sebagai kota lumbung padi karena hamparan sawahnya yang terbentang luas. Petani, meski dari dulu tidak bisa dibilang sejahtera, tapi cukup memenuhi kebutuhannya, hasil panennya juga bagus. Sekarang, jangankan cukup, seringnya gagal panen hingga mengalami kerugian.

Kini, infrastruktur Karawang berkembang pesat. Berkembangnya suatu kota tentu saja mengalami pergeseran. Banyaknya bangunan megah, perumahan, mall dan hotel mewah berjejer. Sawah pun mulai berkurang dan Karawang mulai mengenal kata macet. Karawang bukan lagi dikenal sebagai lumbung padi, namun sebagai kota industri.

Banyaknya pabrik di Karawang bukan hanya membuka lowongan pekerjaan bagi warga lokal, namun juga bagi warga luar Karawang. Mirisnya, yang bekerja lebih banyak warga dari luar Karawang daripada pribumi asli. Saat aku magang sekolah tahun 2010 juga banyak pegawai yang dari luar Karawang dengan menggunakan mobil jemputan. Itulah yang sering jadi permasalahan ketenagakerjaan hingga hari ini. 

Menjadi keresahan banyak orang dan membuatku gemas ingin mengutarakan opini. Kenapa bekerja di pabrik selalu jadi tujuan dalam mendapatkan pekerjaan tanpa melihat peluang yang lain? Dianggap hebat dan dihormati jika anaknya bisa bekerja di pabrik, tidak peduli harus membayar "Uang ADM" alias uang administrasi untuk menyogok yang nominalnya bisa untuk membuka usaha. Padahal jika kita mencoba peluang yang lain, siapa tahu bisa membuka pintu rezeki kita. Iya nggak?


Banyaknya Calo Pekerja di Karawang

Setelah menikah, aku mengikuti suami tinggal di desa yang lumayan jauh dari arah kota, sekitar 30 menit. Berbeda dengan tempat tinggalku saat kecil di daerah kota, aku merasakan bagaimana masyarakat di sini memandang sebuah pekerjaan. Mungkin tingkat pendidikan dan lingkungan juga mempengaruhi pola pikir masyarakat.

Siapa sih yang tidak mau anaknya bekerja di pabrik? Karawang termasuk UMK yang paling tinggi di daerah Jawa Barat. Pantas saja jika kebanyakan para orang tua menyuruh anaknya bekerja di pabrik. Aku mengerti bagaimana kekhawatiran orang tua akan masa depan anaknya, namun kurang tepat jika pabrik harus selalu jadi tujuan awal dan akhir tanpa mencoba kesempatan yang lain. 

Anak muda memang mulai berpikir kalau bekerja tidak harus di pabrik. Namun, tidak dengan para orang tua yang mengharuskan anaknya bekerja di pabrik agar masa depannya sejahtera. Padahal ada keuntungan, ada juga resiko yang harus kita hadapi. Resiko kecelakaan kerja juga bisa terjadi pada siapa saja.  

Besarnya gaji di Karawang, membuat banyak orang tergiur dan menghalalkan segala cara. Terbukalah celah bagi pada calo yang menjanjikan langsung masuk bekerja di pabrik dengan harus membayar sejumlah uang di muka. Mau kerja dapet uang, ini malah keluar uang. Harusnya dari situ saja, kita sudah bisa menilai. Tapi, namanya orang berharap banyak, jadi tutup mata dan telinga dengan apa yang tejadi tanpa ada curiga sedikit pun. 

Hasilnya, calo pun membawa kabur sejumlah uang dan pelamar tidak mendapatkan pekerjaan. Jangankan mendapatkan pekerjaan, uang pun raib dibawa kabur tanpa jejak. Lapor ke polisi pun rasanya takut atau lelah karena trauma habis ditipu. 

Kalau kamu menonton berita di TV, banyak sekali berita diri Karawang yang lagi-lagi tentang penipuan yang dilakukan oleh para calo. Bahkan akhir-akhir ini penipuan terjadi di website lowongan kerja resmi. Kejadian ini seperti menjamur dan terjadi berulang.

Pelamar kena tipu calo
Sudah menjadi rahasia umum masuk pabrik menggunakan calo dengan bayaran yang bikin orang tua jual sawah. Untuk pabrik kategori "ecek-ecek" dimulai dari harga 10 juta. Sedangkan, pabrik yang benefit tentu saja lebih dari itu. 
Bukankah jika punya uang segitu lebih baik membuka usaha? Merintis UMKM meski untungnya tidak sebanyak gaji di pabrik, tetapi dimulai dengan pekerjaan halal. Bukankah sesuatu yang tidak baik juga hasilnya jadi tidak baik? 
Melihat Data di BPS pada Agustus tahun 2023 di Karawang, pekerjaan di bidang jasa menduduki peringkat terbesar yaitu sebanyak 52,80 persen atau sekitar 589,99 ribu orang, pekerja di bidang manufaktur sebanyak 31,15 persen setara dengan 348,09 ribu orang dan Pertanian sebesar 16,06 persen sebanyak 174,42 ribu orang.

Pada pekerjaan yang kegiatannya formal mencapai 480,47 ribu orang sebanyak 43 persen. Sementara sebanyak 637,02 ribu orang atau 57 persen bekerja pada sektor informal. Semuanya mengalami peningkatan dari tahun lalu.

Meski diurutan kedua, perbedaannya juga tidak terlalu jauh. Bidang manufaktur masih banyak diminati oleh warga lokal, khususnya anak muda yang baru lulus sekolah. Semua BKK (Bursa Kerja Khusus) selalu dipenuhi oleh pelamar. Tak heran, jika ada lowongan pekerjaan sampai membludak peminatnya. 

Penipuan calo ini dialami langsung oleh keponakanku, sebut saja Mawar. Mawar sedang mencari pekerjaan karena ia ingin kuliah sambil bekerja. Ada yang menawarkannya untuk mengikuti tes kerja dan menjanjikannya bahwa ia akan dapat pekerjaan asal bersedia memberikan uang ADM. Tapi, harus membayar uang pendaftaran dulu sebesar 200 ribu. 

Ia pun meminta pendapatku untuk mengikuti tes tersebut. Aku memberi saran, jika memang BKK resmi, ya silahkan saja daftar, toh nanti kan akan selalu diinfokan lowongan kerja apa saja bagi member. Tapi, yang menjadi kecurigaan kenapa biaya pendaftaran jadi member mahal sekali. 

Penasaran, ia pun mengikuti tes tersebut karena ia percaya BKK-nya resmi. Sampai di sana ia shock, ternyata banyak pelamar yang ditipu oleh calo-calo yang lain. Pihak HRD mengingatkan bahwa ini bukan kali pertama kejadian penipuan seperti ini. Pihak perusahaan tidak pernah memungut biaya sepeser pun.

Pelamar yang lain, sudah sampai masuk uang ADM. Masih untung, Mawar tidak sampai di tahap memberi uang ADM. Tapi, uang 200 ribu pun melayang. Calonya masih ada, namun tidak mau tanggungjawab dan mengelak bahwa itu penipuan padahal jelas-jelas pihak HRD bilang kalau ini penipuan. 

Ternyata BKK yang diikuti Mawar pun ilegal. Seolah-olah ada kantor, pegawai, tapi semua palsu. Kalau semua terang-terangan seperti itu siapa juga yang akan curiga? Dua ratus ribu dikalikan banyak pelamar, jelas jadi keuntungan bagi calo. 

Suami yang belajar hukum juga pernah dimintai bantuan oleh teman adiknya, yang mengalami penipuan uang administrasi. Dijanjikan kerja di Cikarang, tapi menghilang begitu saja setelah membawa kabur uang 3 juta rupiah. Hingga kini tak kunjung ada titik terang, uang segitu juga tidak sebanding dengan mencari pelaku. 

Sudah habis uang, lelah tenaga juga. Kalau sudah begini bisa apa? Pelamar jadi lebih hati-hati terhadap iming-iming masuk kerja di pabrik. 

Ada lagi, namun bukan membawa kabur uang. Ini benar-benar masuk kerja di pabrik dengan uang ADM. Dipotong gaji setiap bulan untuk menyicil uang ADM tersebut. Balik modal? Iya. Tapi, hanya bertahan satu tahun dengan dalih habis kontrak. 

Tak heran fenomena ini disebut rahasia umum. Bahkan sudah bukan rahasia lagi sekarang. Sudah terang-terangan menyebut uang ADM jika ingin bekerja di pabrik. 


Yuk, Lihat Peluang Pekerjaan yang Lain!

Tingkatkan kemampuan diri
Orang tua yang anaknya bisa masuk pabrik, dengan bangga menceritakan kesuksesan anaknya. Padahal ditempuh dengan jalur menyuap. 

Kerja di pabrik adalah pekerjaan yang baik. Tentu saja jika dilakukan dengan cara yang baik. Jika memang banyaknya pelamar dari luar Karawang yang diterima bekerja, itu artinya kita harus meningkatkan skill agar bisa diterima di pabrik. 

Jika belum diterima, kita bisa loh melakukan hal-hal baik lainnya yang mendatangkan rezeki. Toh tujuan melamar di pabrik untuk mencari nafkah? Untuk mendapatkan uang? Tapi, lupa untuk mencari keberkahan. 

Jika memang tujuannya mencari uang, kita bisa melamar di bidang pekerjaan jasa, digital, atau membuka usaha sendiri. Bidang pekerjaan kan banyak, tidak harus di pabrik. Melihat kesempatan yang lain sambil mempersiapkan diri untuk bekerja di pabrik kan lebih baik, daripada memaksakan diri dengan bekerja di pabrik padahal kemampuan masih jauh.

Seperti yang dilakukan oleh adik suami, yang membuka usaha dan sekarang bekerja di pabrik kembali tanpa pernah keluar uang ADM. Melalui rekruitmen resmi. 

Aku juga memberikan tawaran untuk mencoba menulis di blog pada keponakanku yang baru lulus. Meski jawabnya "tidak bisa menulis", setidaknya mereka tahu kalau ada banyak pekerjaan di dunia ini. Apalagi sekarang zamannya digital, manfaatkan sebaik-baiknya untuk menjemput rezeki. 

Artikel ini adalah bagian dari latihan komunitas LFI supported by BRI.






Related Posts

16 komentar

  1. Ya ada anak muda yang harus terus kita motivasi untuk memiliki wawasan yang lebih luas selain pabrik

    BalasHapus
  2. Saya setuju banget dengan tulisan ini! Terkadang mindset masyarakat memang terlalu terpaku pada pekerjaan pabrik sebagai satu-satunya pilihan. Padahal, dengan perkembangan Karawang yang pesat, banyak peluang baru yang bisa dimanfaatkan anak muda, seperti wirausaha atau profesi kreatif lainnya. Daripada menghabiskan uang untuk 'Uang ADM', kenapa nggak dipakai untuk memulai usaha atau belajar skill baru? Semoga semakin banyak yang terbuka wawasannya dan berani mencoba hal-hal baru. Artikel ini sangat membuka mata, terima kasih sudah membagikan perspektif yang penting ini!

    BalasHapus
  3. Karawang dianggap menjadi salah satu lahan 'basah' bagi para investor, makanya nggak heran jika di sana berjamur kawasan industrial, seperti pabrik misalnya. Semakin banyaknya pabrik, semakin tinggi kesempatan untuk bekerja di pabrik. Hal ini terus berulang-ulang, sehingga mindset masyarakat nggak jauh dari "ah anak gue mesti berkarier di pabrik. Kesempatan emas untuk mendulang Cuan". Peluang bisnis atau pekerjaan memang sangat banyak, tapi kalo mindset orang tua masih menempel seperti itu, bakalan menjadi tantangan tersendiri bagi para generasi muda.

    BalasHapus
  4. Memang pola pikir orang di daerah seperti itu, Mbak. Jadi mereka pikirnya yang bekerja itu yang senin-sabtu pergi kerja, minggu libur. Jadi saat saya sempat tinggal di Gombong, saya dianggap pengangguran, karena di rumah terus hahaha.
    Hanya soal masuk pabrik ini sudah jadi cerita lama, termasuk di kawasan industri Pulo Gadung. Hanya awalnya itu sistem bawaan orang dalam. Lalu munculnya yayasan penyalur yang kalau masuk pabrik lewat sana. Tapi pasti masuk walau harus dipotong. Nah, kalau calo memang harus waspada, kerena ini oknum yang kadang tidak jelas. Akhirnya uang sudah diserahkan, dia kabur.

    BalasHapus
  5. Ngeri ya. Padahal mah bekerja di pabrik tuh bukan satu-satunya. Tapi atensi orang-orang kayak terasa berlebihan. Makanya, calo-calo lebih mudah bermunculan. Miris lho. Tapi, kayak bukan hal yang asing. Kayak di jalur PNS kan juga ada.

    BalasHapus
  6. Karena bagi anak muda, bekerja di pabrik atau bahkan di gedung2 tinggi adalah sebuah kemewahan/bahkan sebuah kebanggaan.

    Yg pntg anak muda skrg bs trs semangat mencari skill, terutama yg disukai. Dan jgn trs patah semangat ya teman2.

    BalasHapus
  7. Saya baru tahu kalau ternyata kerja di pabrik pun ada yang pakai uang ADM. Miris. Kerja itu buat nyari uang untuk biaya hidup, lah kok gajian langsung dihadang utang.
    Mengapa pada senang kerja di pabrik, mungkin karena cukup dengan satu keahlian tertentu, pun kerjanya monoton 'kan ya.. jadi enggak perlu pusing. Selain itu, juga karena tidak semua orang bisa menjalankan usaha mandiri.

    BalasHapus
  8. Kadnav karena pengen ksrja buru-buriu, ga sabar dalam proses. Tidak mau upgrade skill sehingga menerima apapun asal bisa keterima kerja

    BalasHapus
  9. Kasihan ya... Calo memang tidak akan lepas dari kehidupan masyarakat Indonesia. Mengingat masyarakat kita sendiri maunya serba mudah. Mengandalkan keuangan atau kekuasaan untuk keuntungan sendiri. Akhirnya turun temurun dan membudaya.
    Jadi ingat masa lulus SMA, waktu itu lagi ramai kerja ke pabrik elektronik di Sukabumi dan textile di Rancaekek. Wah calonya sampai panen keuntungan berlipat. Padahal uang ADM itu gak sebanding dengan gaji mingguan di pabrik nya...

    BalasHapus
  10. Wahhhh luar biasa, saya baru tahu kalau kerja dipabrikpun bisa dicaloin ama orang yah. mungkin boleh mencoba peluang lain Selain pabrik, banyak banget peluang lain yang bisa kita eksplor, dari startup, freelance, sampai jadi content creator. Anak muda harus berani keluar dari zona nyaman dan terus belajar hal baru.

    BalasHapus
  11. Pesona pabrik-pabrik di Karawang memang luar biasa dengan UMR-nya yang menggoda. Tak heran calo hadir dimana-mana memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan orang-orang yang mencari kerja.
    Sangat setuju dengan tulisan ini. Saatnya masyarakat merubah mindset untuk tidak selalu menjadikan pekerjaan pabrik sebagai jalan akhir mencari pekerjaan. Ada banyak jalan dan cara kalau kita mau kreatif. Tak harus selalu mencari pekerjaan, kadang kita butuh menciptakan pekerjaan

    BalasHapus
  12. Mungkin karena di Karawang banyak pabriknya ya, sehingga mindset hanya terfokus pada satu tempat saja. Memang harus berani untuk menantang diri kepada kesempatan baru

    BalasHapus
  13. Ya Allah, ikut merasa miris Mbak bacanya. Pertama, untuk bekerja di pabrik saja masih pakai calo. Kedua, ternyata bekerja lewat orang dalam itu ada di mana-mana, makanya tidak heran kalau ada sogok menyodok di sana-sini. Contoh nggak cuma bekerja di pabrik, mau jadi abdi negara kadang orang masih nyogok juga.

    BalasHapus
  14. rerata pola pikir masyarakat daerah begitu yaa..kudu kerja kantoran atau pabrik..intinya ada gedung kerja dan keluar rumah setiap hari, padahaalll banyak peluang untuk kerja dari rumah..asalkan tekun belajar dan cari celah insyaallah ada peluang lebar

    BalasHapus
  15. Kerja di pabrik itu berat, tapi aku ga nyangka kalau sampai ada yang memanfaatkan di tengah kebutuhan orang akan pekerjaan. Uang yang digadang-gadang bisa menjadi satu harapan masa depan, malah gak ada kejelasan.
    Semoga dengan melamar pekerjaan melalui jalur yang tepat, bisa memberikan pekerjaan sesuai harapan.

    BalasHapus
  16. Jangankan orang karawang, muridku yang di Bandung aja sebagian punya mainset kalau kerja pabrik itu enak di karawang. Padahal peluang kerja dan kesuksesan ga melulu pabrik di karawang

    BalasHapus

Posting Komentar