Lain hal dengan perayaan ulang tahun ini yang mungkin setiap orang punya pandangan yang berbeda. Kami merasa kalau lingkungan punya pengaruh besar untuk setiap perkembangan anak dan pola pikir.
Kami sepakat untuk tidak merayakan ulang tahun anak. Alasannya saat itu usia Aqlan yang satu tahun belum mengerti konsep ulang tahun. Tiup lilin aja kayanya belum bisa, hehe. Aqlan juga belum kami kenalkan dengan coklat. jadi mubazir juga jika kami belikan kue ulang tahun, paling yang makan orang tuanya.
Tapi, ternyata itu hanya alasan klasik aja. Diam-diam aku menginginkan perayaan ulang tahun meski dengan versi sederhana kami dengan budget yang ngepas. Keinginanku tentu saja tidak aku sampaikan ke suami, karena dia kan sudah sepakat untuk tidak akan merayakan ulang tahun anak.
Sebenarnya aku pengen perayaan ulang tahun Aqlan dengan membeli kue dan memasak makanan spesial di rumah atau dengan makan bersama di luar. Cukup kami dan keluarga saja. Namun, aku juga ingin mendekor ruangan dengan balon hias dan tulisan happy birthday layaknya sebuah pesta.
Meluncurlah jari ini ke marketplace. Aku memilih balon dan properti lain yang mendukung perayaan ulang tahun. Tentu saja aku hanya simpan di keranjang.
Sambil memikirkan dalam hati, apakah ini ide baik ya mengingat Aqlan tidak paham apa itu ulang tahun, bahkan lagunya saja dia tidak tahu. Dia tidak tertarik dengan bernyanyi dan menari. Di saat anak-anak lain pandai menyanyikan lagu ulang tahun, tidak dengan Aqlan yang hanya tertarik dengan mainan mobilan kesayangannya.
Perlukah Merayakan Momen Ulang Tahun Anak?
Suamiku ini ajaib, selalu bisa membaca pikiranku tanpa aku bilang apapun padanya. Keesokan harinya, dia bilang "Aku transfer uang ya, buat beli balon yang ada di keranjang kamu sama kue ulang tahun untuk Aqlan."
Seketika aku kaget, dari mana dia bisa tahu aku menginginkan balon untuk perayaan kue ulang tahun? Entah sengaja tau tidak dia melihat keranjang di toko orenku, aku nggak tahu kenapa bisa pas momennya. Aku hanya bilang "oke" tanpa berani bertanya lebih lanjut, walaupun aku juga penasaran kenapa dia berubah pikiran untuk merayakan ulang tahun anaknya.
Langsung sat set aku checkout dan pesan kue sesuai permintaan suami. Namun, sisa uangnya masih ada akhirnya aku beli snack dan belanja untuk membuat nasi kuning.
Kami hidup di desa, yang tadinya aku ingin perayaan ulang tahun ini hanya keluarga ternyata di dengar oleh tetangga. Karena uang masih ada, jadinya sekalian saja aku masak nasi kuning dengan telor dadar dan oreg tempe.
Orang tua dan mertua juga tadinya tidak akan datang, karena aku hanya bilang beli kue saja. Namun, tiba-tiba mertua datang setelah aku kirimkan foto nasi kuning, haha.
Kami hanya memberitahu tetangga di sekitar rumah saja yang kebetulan juga masih saudara kami. Tidak disangka, mereka datang membawa kado! Duh, aku makin bersalah saja, padahal kami niatkan ini hanya bentuk syukuran saja karena Aqlan bisa tumbuh dengan baik, sehat dan menjadi anak yang pintar.
Sama sekali tidak terpikirkan kalau mereka akan membawa sebuah kado. Mungkin karena ulang tahun identik dengan sebuah kado ya, jadi kurang lengkap datang tanpa kado. Ahh yaudahlah, aku sangat berterima kasih karena mereka dengan tulus membawa kado.
Makna Ulang Tahun Anak Versi Kami
Baiklah, kami kesampingkan dulu idealis kami saat itu yang tidak mau merayakan ulang tahun anak. Mungkin ulang tahun anak ini ada baiknya jika dirayakan dengan keluarga saja, tanpa dengan kemewahan.
Namun sah-sah saja jika ingin merayakan pesta meriah seperti para artis. Bisa saja kami bilang begini karena tidak mampu melakukannya.
Intinya aku tetap ingin mengajarkan anak artinya sederhana. Sehingga anak masih memiliki daya juang dan menghargai sebuah proses.
1. Bentuk Rasa Syukur
Acara yang kami buat sebetulnya tidak bisa dibilang "Merayakan pesta ulang tahun", karena begitu sederhana dan bukan seperti pesta yang meriah pada umumnya.Kami membeli kue dan memasak nasi kuning hanya sebagai bentuk rasa syukur kami, bahwa kami memiliki anak yang sehat. Di usia 3 tahun ini Aqlan sudah rawat inap 3 kali di rumah sakit dan klinik, yang membuat kami khawatir dan sedih.
2. Memiliki Momen Bersama Keluarga
Mumpung kami semua dalam keadaan sehat, kami juga ingin menciptakan momen bahagia bersama keluarga. Kalau bukan perayaan ulang tahun, kayanya sulit sekali menciptakan momen bersama kalau bukan hari raya Idul Fitri yang kumpul bersama keluarga.Biasanya kami pergi makan di luar atau sekedar jalan-jalan saja bertiga. Namun, kami juga ingin memiliki momen ulang tahun yang bisa Aqlan ingat ketika ia ulang tahun bahwa kami sangat mencintainya.
Perayaan ulang tahun hanya setahun sekali dan belum tentu dirayakan juga tiap tahun, sepertinya di usia 3 tahun ini usia yang pas untuk kami kenalkan. Tahun depan entah akan bagaimana, namun kami ingin memiliki momen bersama keluarga di hari spesialnya.
3. Mengajarkan Berbagi
Tak lepas inti dari momen ulang tahun adalah mengajarkan anak berbagi. Bukan hanya anak yang bahagia mendapatkan kado, tapi sejatinya anak lah yang berbagi makanan sebagai bentuk rasa syukur.
Berbagi tidak harus sebuah benda, namun kebahagiaan juga bisa ditularkan. Berbagi kebahagiaan yang semoga menjadi hal yang positif dan riang gembira bagi yang merasakannya.
4. Mengingat Kembali Perjuangan Melahirkan
Setiap ulang tahun Aqlan, selalu mengingatkan aku pada momen melahirkan. Betapa sulitnya aku melahirkan Aqlan. Hari selasa malam aku sudah berada di Puskesmas karena ada darah yang keluar. Namun, setelah di Puskesmas aku masih harus menunggu pembukaan lengkap.
Sakit kontraksi yang luar biasa membuat aku merasa tidak kuat lagi. Setelah pembukaan lengkap, ketubanku malah pecah. Akhirnya aku dilarikan ke rumah sakit menggunakan Ambulan pada rabu malam. Pertama kali aku menaiki mobil Ambulan yang sangat kencang, hingga semua mobil di sekitarnya memberi jalan pada kami.
Lahirlah buah hati yang kami nanti pada kamis dini hari melalui operasi caesar. Setelah melahirkan aku masih merasakan sakit pasca operasi. Sekujur tubuh kaku, aku harus mulai belajar berjalan dan duduk kembali. Sakitnya luar biasa, tapi aku harus bisa normal kembali.
Apakah selesai sampai di situ? Ternyata belum, aku masih harus kontrol ke rumah sakit yang jauh dari rumah kami karena hanya rumah sakit itu yang kosong, rumah sakit dekat rumah kami penuh dengan pasien covid. Saat itu sedang pandemi, mau melahirkan pun harus di tes covid dulu.
Betapa lelahnya saat akan melahirkan dan sesudahnya. Perjuangan yang tidak mudah, rasanya ini bukan hanya perayaan ulang tahun anak, namun untuk ibu dan anak yang sama-sama hebat sudah berjuang melawan rasa sakitnya melahirkan.
Artikel ini adalah bagian dari latihan Komunitas LFI supported by BRI.
Posting Komentar
Posting Komentar