cerita mbun

Marriage is Scary. Benarkah Pernikahan Begitu Menakutkan?

5 komentar
Benarkah pernikahan menakutkan?

Marriage is Scary….kalau pasangan playing victim atau manipulatif.”

Kapan lalu aku melihat di sebuah postingan Instagram yang menuliskan tentang Marriage is Scary versinya masing-masing. Mungkin kalau aku akan bilang, jika ketemu sama pasangan yang playing victim atau manipulatif.

Mengapa? Karena sudah termasuk hubungan yang toxic, bahkan korban seringkali dibuat merasa bersalah dan sangat sulit untuk keluar dari lingkungan tersebut. Jangan dibayangkan, betapa mental terganggu dan semoga kita dijauhkan dari orang-orang yang toxic.

Ramai berita perselingkuhan dan KDRT di media sosial, membuat warganet takut untuk menikah khususnya bagi generasi Z. Ramai di kolom komentar, Gen Z yang belum menikah menjadi takut kalau nanti mendapatkan pasangan yang seperti itu.

Banyak faktor yang membuat keluarga mengalami kekerasan dan berujung perceraian. Setiap yang menikah tentu ingin pernikahan yang bahagia dan abadi hingga akhirat, tanpa ada pertengkaran yang membuat saling tersakiti. Siapa sih yang menikah hanya untuk bercerai?

Harapan dan kenyataan kadang sering tak sejalan, inginnya bahagia malah berujung nyawa di tangan pasangan yang dahulu saling mencintai. Kemana perginya cinta itu? Apa yang ada dipikirannya sehingga mudah sekali melayangkan tangan pada pasangan?


Alasan yang Menjadikan Gen Z Takut untuk Menikah

Generasi Z yang lahir tahun 1997-2012 hidup di era teknologi di mana mereka mendapatkan kemudahan akses informasi. Wajar saja jika mereka takut karena selain pernikahan yang so sweet, pernikahan yang rumit juga ditampilkan di media sosial.

Pasalnya hukum di negara kita kok jadi “harus viral” dulu, baru kejadian tersebut di proses. Pelaku harus dapat sanksi sosial dulu biar mereka malu dan jera, sehingga korban setidaknya bisa keluar dari lingkaran hubungan yang tidak sehat dan mendapatkan perlindungan.

Kalau pun bersedia menikah, mereka memutuskan untuk childfree. Kesempatan berkarir dan bebas finansial menjadi faktor yang mereka tuju karena tidak ingin mengalami nasib pernikahan seperti orang tua mereka atau orang sekelilingnya. 

Hal tersebut bagus sebetulnya, karena menikah dan merawat anak juga tidak mudah, perlu didukung dengan adanya kebutuhan finansial. Namun, apakah hal tersebut lantas dijadikan ketakutan? 

Postingan di media sosial tentang pernikahan membuat mereka berpikir analisis dan mendalam tentang pernikahan. Terlebih mereka punya banyak pilihan. Tidak seperti orang tua kita zaman dulu dengan siklus hidup yang sudah diatur.

Sekolah - kerja - menikah - punya anak - selesai. Untuk berpergian saja sulit, tidak sekarang banyak akses jika kita ingin menggunakan transportasi, apalagi dalam mendapatkan makanan. Semua serba mudah dan praktis.

Pendidikan juga bisa kita dapatkan melalui offline maupun online. Banyak tempat belajar yang bisa kita akses kapan pun. Sehingga banyak peluang untuk mejadikan hidup lebih baik. 

Pandangan Islam terhadap marriage is scary

Gaya hidup dan tidak stabilnya ekonomi juga menjadi alasan Gen Z lebih berhati-hati untuk menikah, bahkan menunda keinginan untuk menikah. Menikah bukan lagi tujuan tapi sebuah pilihan.

Gen Z begitu punya banyak pilihan dan kesempatan, tidak seperti orang tua kita dulu yang penuh keterbatasan. Orang tua dulu bahkan biasa membiayai 10 orang anak, tapi orang tua sekarang, 1 anak sudah kelelahan. 

Gambaran pernikahan di media sosial juga sering kali membuat anak muda takut untuk menikah. Kolom komentar selalu jadi daya tarik untuk dilihat. Ada saja yang berkomentar candaan hingga serius. Terkait isu perselingkuhan ada juga yang komentar, "spek bidadari aja diselingkuhin, gimana gue coba." 

Kehidupan pernikahan yang selalu membuat perempuan setelah menjadi ibu jadi jelek dan badannya tidak terawat karena sibuk merawat anak dan suami. Belum lagi dengan profesi IRT yang tidak ada penghasilannya membuat peran perempuan semakin terlihat terpuruk.

Sedangkan laki-laki setelah menikah terlihat biasa saja tidak ada perubahan yang mencolok malah semakin gagah dan berkarisma. Belum lagi perceraian yang membuat banyak anak menjadi korban dan hilangnya figur ayah. 

Walaupun tidak bercerai, tapi keluarga tidak harmonis. Seakan memaksakan rumah tangga demi status sosial, padahal batin tersiksa luar biasa. 

Melihat wanita yang mandiri dan bisa berkarir tanpa harus jadi istri terlihat menyenangkan daripada terjebak dalam status sebuah pernikahan.

Bagaimana Islam Memandang Fenomena Marriage is Scary?

Wajar saja jika seseorang memiliki ketakutan untuk menikah. Perasaan takut juga perlu untuk membuat kita lebih hati-hati dalam memilih pasangan.

Pernikahan orang tua ku juga tidak berjalan mulus. Malah aku harus menyaksikan kalau keluargaku berakhir dengan tidak harmonis. Di sekelilingku ada bukti pernikahan yang gagal.

Namun, bagiku sendiri itu tidak membuat takut. Bukan ingin menjadi superhero yang memberikan contoh sebuah pernikahan yang ideal, sehingga aku berani untuk memutuskan menikah. Punya keinginan untuk menikah sama hidup bersama dengan orang yang disuka rasanya sudah cukup untuk melawan ketakutan itu .

Walau aku juga tidak tahu bagaimana masa depan kami. Pernikahanku sendiri juga tidak selalu harmonis. Seringnya ada gesekan dan pertengkaran kecil dan besar di antara kami. Namun, karena kami sama-sama ingin bertahan, Insya Allah jalannya selalu Allah mudahkan.

Mungkin itu juga bisa jadi alasan bagi Gen Z untuk tidak memilih menikah karena tidak tahan dengan masalah-masalah rumah tangga yang kompleks bukan hanya pada pasangan, tapi dengan mertua, ipar, saudara dan lingkungan.

Data di BPS tiga tahun terakhir juga menunjukkan kalau berkurangnya minat pasangan pada pernikahan. Pada tahun 2023 berkurang hingga 2 juta pasangan.

Dalam Islam ketakutan dalam pernikahan tidak dibenarkan. Namun, agama memberikan kita kesempatan untuk memilih calon pasangan yang baik tentunya dilihat dari agamanya.

Komitmen pernikahan itu sendiri merupakan tauhid pada Allah dan diliputi rasa syukur serta hikmah yang ada dalam pernikahan. Menjadikan kita selalu berpegangan pada agama.

Gimana nih Gen Z, apa sih yang sebenarnya membuat kamu takut untuk menikah? Share yuk di kolom komentar!

Artikel ini adalah bagian dari latihan Komunitas LFI supported by BRI.

Related Posts

5 komentar

  1. Tidak disangka banyak juga yang ya yang memutuskan untuk tidak menikah dan memilih tidak memiliki anak
    Padahal menikah itu sudah setengah dari iman, Allah pun telah menciptakan makhluknya berpasangan bukan
    Jujurly, sangat disayangkan keputusan untuk tidak menikah ini

    BalasHapus
  2. Aku Gen Z, tapi untungnya aku enggak ada ketakutan untuk menikah. Dengan banyaknya isu-isu pernikahan belakangan ini, juatru aku banyak belajar untuk mencegah. Mindset aku adalah pernikahan itu bukan tujuan aku mencari kebahagiaan sih, melainkan menempuh hidup baru aja. Namanya hidup akan selalu ada masalah kok, begitu pula dengan pernikahan.

    BalasHapus
  3. Kakaknya gen Z boleh komen nggak ya hahha.. Jika berpedang pada agama maka ketakutan akan pernikahan tidak dibenarkan. Sudah itu saja pegangannya. Karena di hari akhir, Rasulullah SAW akan berbangga dengan jumlah umatnya yang banyak. Menikah adalah jalur halal memperbanyak keturunan. Semoga ajaran Islam tetap menjadi pegangan.

    BalasHapus
  4. Perasaan takut menikah memang perlu untuk membuat kita lebih hati-hati dalam memilih pasangan. Tapi bukan untuk tidak menikah...

    BalasHapus
  5. Serem juga yaaa fenomena pernikahan zaman sekarang. Tapi sebenarnya dalam islam kan sudah ada panduannya bagaimana memilih pasangan. Semoga kita dan anak-anak kita dipertemukan jodoh yang baik. Aamiin

    BalasHapus

Posting Komentar