cerita mbun

12 Gaya Parenting Mama Sarwasih. Bikin Axel Dapat Beasiswa!

10 komentar
Axel CoC Ruang Guru
Sumber: channel Youtube Nikita Willy Official 
“Anak berprestasi pasti anak orang kaya”

Mama Sarwasih menepis statement yang sering dituduhkan pada beliau kalau anak yang pintar dan berprestasi itu pasti anak orang kaya. Ternyata tidak ya, anak orang kaya atau bukan punya kesempatan yang sama untuk pintar, yang menentukan adalah dukungan dari orang tua.

Axel Giovanni yang merupakan cast Clash of Champion by Ruang Guru, selain memiliki bakat dari kecil, ia juga hidup di lingkungan dan didikan orang tua yang support apapun keinginannya.

Padahal mereka para cast juga mempunyai cerita tersendiri terkait bagaimana mereka bisa meraih prestasi yang membanggakan. Emang nih netizen selalu mengkaitkan kekayaan dengan keberhasilan seseorang. Padahal kaya itu ya urusan ke sekian. 

Makanya, kenali parenting Mama Sarwasih yuk, jangan asal tuduh aja. Gimana sih style parenting Ibu Sarwasih ini?


Gaya Parenting Mama Axel dalam Mendidik Anaknya

Siapa yang suka nonton CoC? Aku loh setiap tayang hari sabtu di Youtube, nggak pernah mau ketinggalan, langsung aku tonton. Aku nggak punya jagoan khusus sih, soalnya aku beneran suka sama semuanya. Nonton mereka itu kaya flashback zaman kuliah dulu, inget waktu gadis dulu, hehe. 

Betapa menyenangkannya berkompetisi dengan teman-teman. Bahkan tidak merasa sedang saingan, malah seperti sedang bermain saja karena ketemu teman yang satu frekuensi. Melihat dari riangnya wajah mereka, aku merasakan betapa mereka seperti bertemu sodara jauh atau sodara ketemu gede, hehe.

Gaya Parenting Mama Axel Giovanni
Sumber: Instagram @axel.giovanni.h

Sudah terlambat jadi Axel, wkwkwk. Sekarang kita belajar saja bagaimana jadi Mama Sarwasih membesarkan Axel yang berprestasi. Meskipun, dulu belum banyak istilah parenting dan masih mengasuh dengan cara konvensional, siapa sangka bahwa Mama Sarwasih ini sangat berpikiran terbuka. Nggak heran ya kalau Axel bisa jadi Runner Up di CoC. 


1. Tidak ada Makanan Khusus

Axel sama ya seperti kita manusia biasa, haha. Kadang tuh aku suka aneh sama orang, kalau orang terlihat hebat tuh yang terlintas "Apa yang dia makan?", ya sama aja seperti kita.

Ternyata makanan kesukaan Axel ini sama seperti aku loh, telor ceplok, haha. Sejak kecil katanya Axel senang sekali makan telor ceplok. Sama dong Axel kaya aku, tinggal tambah kecap, jadi deh makanan favorit, hehe.

Tuh kan nggak ada yang spesial kan? Apalagi vitamin ya, ternyata nggak ada vitamin khusus loh untuk merangsang otak Axel agar menjadi jenius. Tapi, setiap hari mama Axel memberinya madu dan air. 

Mungkin itu kali ya yang membuat Axel terus semangat belajar. Ditambah semenjak bayi dia full ASI selama 2 tahun. Jadi, ke dokter hanya untuk imunisasi saja, bukan untuk periksa sakit.

Wah aku paling iri nih sama yang bisa full ASI gini. Berbeda dengan Aqlan yang nggak bisa full ASI, pantes saja ya Aqlan sering sakit bahkan di usia 3 tahun dia sudah 3 kali rawat inap, huhu.

Betapa hebohnya ya kita orang tua milenial membuat makanan MPASI dengan menu tebaik lengkap dari karbohidrat hingga protein dan vitaminnya. Bagus sih, tapi ya sewajarnya saja sesuai nutrisi tidak perlu memaksakan harus yang mewah dan mahal. 

Bahan yang ada di pasar juga nggak jauh sehat dan segarnya. Banyak pilihan untuk menghadirkan menu bagi anak dengan harga yang terjangkau. 


2. Mendukung Keinginan Anak

Mama Sarwasih merasa beruntung karena memiliki anak yang suka belajar dari kecil. Axel ini sangat fokus menyimak di kelas, sehingga di rumah dia tidak perlu belajar lagi.

Wah, beda banget ya sama kebanyakan anak yang kalau di rumah harus belajar lagi. Kadang suka nggak memperhatikan kalau di kelas, banyak bercandanya, huhu. Axel yang betul-betul menyimak apa yang diajarkan guru.

Definisi mendapatkan keberkahan dari menghormati guru, sehingga mudah menyerap ilmu dengan baik, hehe setuju dong ya?

Awalnya Mama Suwarsih merasa puas karen bingung juga jika ikut les, merasa biayanya sangat mahal dan takut tidak makan jika ikut les khusus olimpiade. Tapi, emang sudah jalannya selalu dimudahkan bisa mengikuti les hingga menang perlombaan. 

3. Membiarkan Anak Bermain

"Anak-anak itu senang bermain, ya biarkan saja bermain." - Mama Sarwasih 

Sama seperti anak yang lainnya Axel, juga senang bermain. Mama Sarwasih selalu membiarkannya bermain, malah menunggu di sekolah sampai semua anak sudah pulang duluan. Sore hari bermain sepeda, dan di rumah menggelar tikar saja bermain dengan kakaknya.

Bermain puzzle dan permainan lainnya yang seru. Axel juga mengaku senang bermain sudoku, pokoknya yang berhubungan dengan angka, Axel sangat menyukainya. 


4. Tidak Pernah Menuntut Anak

Mama Sarwasih tidak pernah menuntut anak-anaknya untuk juara satu atau nilainya harus bagus. Tanpa dituntut pun, anak-anaknya berhasil mendapatkan nilai di atas KKM. Sementara Axel sendiri selalu juara 1 dari kelas 1 SD. Wah, hebat ya!

Mamanya hanya berpesan agar menguasai matematika dan bahasa inggris saja, karena dulu mama tidak menguasai bahasa inggris, namun menyukai matematika. Pada dasarnya memang suka belajar dan bisa bagus di semua pelajaran. 

Sekolahnya termasuk teliti, jadi Axel selalu berusaha untuk mengerjakan soal dengan teliti sehingga hasilnya bagus. Di rumah, Mama Axel hanya mengecek saja ada PR atau tidak, sudah belajar atau belum.


5. Mengenali Bakat Anak

Dari kecil Axel sudah kelihatan suka matematika. Mamanya bercerita kalau Axel memang sudah suka angka dari kecil, terlihat saat di mobil dia selalu menebak jam digital yang ada di dalam mobil.

Awalnya merasa hanya kebetulan, lama-lama setiap ditanya selalu betul. Akhirnya, mama selalu menemaninya tebak-tebakan angka berapa yang akan muncul berikutnya pada jam tersebut. 

Penting banget ya bagi kita untuk bisa mengenali bakat anak. Kalau udah dikenal dengan mudah kita bisa menstimulasinya. 

Kesukaannya berlanjut hingga kelas 4 SD, ia mulai fokus belajar untuk olimpiade. Awalnya Mama Sarwasih merasa cukup karena Axel sudah bisa menguasai pelajaran. Tapi, berkat perlombaan itu, mama menyadari kalau orang tua harus support terus bakat anak. 

6. Memberikan Tangki Cinta yang Banyak pada Anak

Nggak heran Axel dikenal dengan orang yang paling Loving dan Caring dengan teman-temannya, karena mama dari dulu selalu mencium dan memeluk Axel bahkan sampai sekarang. Setiap akan pergi tak lupa mama selalu meluknya.

Memeluk anak laki-laki itu merupakan hal yang wajar, karena memang begitu seharusnya tidak ada perbedaan untuk memeluk anak laki-laki atau perempuan. Selain karena bungsu, Axel juga paling kecil di keluarga jadi limpahan kasih sayangnya juga banyak.

Itu lah yang membuat anak-anaknya selalu ingin bercerita tampa harus ditanya dulu oleh orang tua. Mama yang mendengarkan membuat Axel tidak takut untuk bercerita. 

Respon orang tua yang selalu positif membuat anak dengan nyaman bercerita apa yang terjadi di sekolah atau yang dia rasakan. Inilah masalahnya banyak anak yang enggan bercerita karena selalu di judge sama orang tua. Belum apa-apa susah dimarahin. 


7. Memvalidasi Berbagai Macam Emosi

Saat kalah, dan gagal tidak apa-apa jika menangis. Justru laki-laki menangis itu wajar, bukan hal yang memalukan. 

Dari kegagalan, ia belajar banyak. Nangis dulu, bangkit kemudian. Habis itu belajar dan bisa menang. Maka nggak heran, setiap habis kalah, tahun depannya pasti menang, hehe hebat Axel ya.

Dengan memvalidasi emosi, maka anak bisa jadi lebih terbuka pada orang tua. Hal yang juga aku lakukan pada Aqlan. Semoga nanti Aqlan selalu mau cerita sama orang tuanya. 


8. Membuat Jadwal Kegiatan Anak

Dari kecil Maka Axel sudah membuat jadwal yang teratur untuk kegiatan Axel. Mungkin itu yang membentuknya juga jadi rajin belajar.

Ada waktunya main dan belajar. Ini bener banget sih, jadi membentuknya disiplin dan menghargai waktu. Anak jadi tidak "gabut" untuk melihat hal-hal yang tidak baik, karena semua sudah ada jadwalnya.


9. Memberikan Reward

Mama Axel memberikan emoticon sesuai dengan apa yang dilakukan. Jika melakukan hal yang baik atau dapat nilai bagus di berikan emoticon senyum. Pernah memberikan hadiah uang walaupun nilainya hanya seribu.

Emoticon-nya dibuat dari kertas karton dan ditempel. Dihitung ada berapa jumlahnya. Biasanya selalu memberikan hadiah mainan, karena anak-anak senang bermain dan mama  juga senang mainan. 

Padahal dulu belum ada emoticon ya, tapi Mama Axel sudah mempraktikkannya terlebih dahulu. Ilmu parenting juga belum berkembang seperti sekarang, tapi Mama Sarwasih susah berhasil mendidik anak.


10. Mengajarkan 4 Kata Ajaib

Di rumah, anak diajarkan untuk selalu menggunakan 4 kata ajaib ini. Meminta maaf, tolong, terima kasih, dan permisi. 

Mama Axel juga selalu menggunakan kalimat tolong jika membutuhkan bantuan Axel. Kata-kata ini juga merasa anak dihargai. Tidak ada waktu me time, karena fokus untuk mengurus anak. 

11. Tidak Membedakan atau Membandingkan dengan Kakaknya

Setiap anak memiliki passion masing-masing dan orang tua membebaskan pilihannya. Asalkan harus dengan pertimbangan yang matang. Paling orang tua hanya mengarahkan saja.

Mama Axel juga memposisikan dirinya sebagai teman, sehingga mereka selalu berlomba untuk cerita pada mama. 

12. Memberikan Privasi pada Anak

Mama Sarwasih bukan tipikal ibu yang protektif, yang setiap saat sibuk menelepon anaknya untuk bertanya apa yang ia kerjakan atau sedang apa. Hayoo siapa nih yang suka ditanyain sama orang tua? Hehe.

Mama Axel memberikan privasi pada anaknya, karena ia tahu kalau anaknya sedang sibuk belajar. Kalau sudah tidak sibuk pasti anaknya akan memberi mama kabar.

Orang tua juga tidak pernah berekspektasi anak harus menang terus, mengalir begitu saja. 

Peran Orang Tua sudah Bagus, Lantas Bagaimana dengan Axel Sendiri? 

CoC by Ruang Guru
Sumber: Instagram @axel.giovanni.h
Dari kecil memang Axel sudah punya cita-cita ingin kuliah di luar negeri. Keinginannya itu yang membuat tekadnya semakin kuat untuk terus belajar meraih apa yang ia inginkan. Ia merasa kalau kuliah di luar negeri itu sesuatu yang keren. Ya emang keren ya, siapa coba yang nggak mau kuliah di luar negeri? Hehe, aku juga mau.

Perjuangan belajarnya membuat ia mendapatkan beasiswa full ke NUS (National University of Singapore), yang merupakan salah satu kampus terbaik di Asia Tenggara dan urutan terbaik ke-8 di dunia. Nggak tanggung-tanggung, Axel juga mengambil double major dengan jurusan komputer dan matematika. 

Semenjak ikut CoC jadi banyak yang notice, punya platform jadi punya kesempatan untuk sharing sesuatu yang baik. Followers-nya tiap hari makin bertambah aja. Axel juga tidak menyangka bisa melonjak naik dengan cepat. 

"Mama tidak bisa memberikan warisan harta, mama hanya mengusahakan pendidikan yang baik." - Mama Sarwasih
Axel juga membagikan tips caranya menghafal, meski ia kurang suka kalau untuk menghafal. Hal pertama yang ia lakukan adalah dengan menghafal polanya, lalu dia membuat cerita dari rangkaian kalimat, lalu membentuknya menjadi sebuah informasi. 

Dari kecil, Axel sudah punya cita-cita dan rajin belajar. Dukungan orang tua membuat tekadnya semakin kuat. 

Kesimpulan

Senang sekali waktu liat di medsos akan tayang segera diskusi Mama Sarwasih dengan Nikita Willy di channel Youtube miliknya. Ini yang paling ditunggu-tunggu oleh masyarakat terlebih bagi yang mengidolakan Axel. 

Sampai aku tungguin kapan tayangnya, karena aku juga salah satu yang menantikannya. Tips parenting yang Mama Sarwasih berikan sangat relate dengan pola parenting di zaman sekarang. 

Mengenali bakat dan potensi anak dan mendukungnya adalah point utama keberhasilan anak. Merespon positif setiap ceritanya, sehingga anak juga bersikap terbuka dengan orang tua.

Duh, semoga kepintaran Axel ini bisa menular ke anak-anak kita ya Bun, hehe. Sharing dong, Bunda mengidolakan siapa nih di CoC?

Related Posts

10 komentar

  1. Ya Allah semua yang dilakukan sangat relate banget ya dengan kondisi sekarang tapi orang tua yang kuat dan konsisten yang akan berhasil menerapkannya

    BalasHapus
  2. Pastinya di balik anak yang berbakat ada orang tua yang hebat, sabar dan memberikan support terbaik bagi anak-anaknya

    BalasHapus
  3. Aku sempet nonton podcast ini tapi sayangnya ketiduran, wkwk. Belum sempet nonton lagi dan setelah baca ulasan ini terkagum-kagum aku dengan gaya parenting Mama Axel. Nggak heran kalo Axel tumbuh jadi anak yang baik dan cerdas. Setuju banget sama mbak Fida, meskipun dulu ilmu parenting belum berkembang seperti sekarang, tapi Mama Axel gaya parenting nya udah kayak zaman sekarang. Keren banget! Bisa banget ditiru nih.

    BalasHapus
  4. Mamanya Axel positif sekali ya, Mbak. Kalau saya kagum dengan Mamanya Shakira. Apalagi sering sekali disebut sama Shakira tentang pesan mamanya.

    BalasHapus
  5. Bagus sekali parentingnya mama Axel, tidak memaksakan kehendak pada anak. Sukses selalu untuk Axel.

    BalasHapus
  6. Suka deh dengan pola asuh mama Sarwasih, di saat ilmu parenting belum banyak bertebaran seperti saat ini, beliau sudah aplikasikan, keren mama

    BalasHapus
  7. keren ya mamanya, PR saya banyak banget hehe terutama soal disiplin jadwal harian yang kudu dipantau, karena kalo kita kendor dikit yaudah berantakan jadwalnya, dan mengenali bakat serta potensi anak itu harus jeli ya agar kita tidak salah mengarahkan

    BalasHapus
  8. Aku nggak pernah nonton CoC hahahaa Tapi ini Mama Sarwasih keren banget gaya parentingnya. AKu jadi merasa tertohok ya kalau anakku banyakan mainnya. Karena aku kadang suka ngeburu-buru anak kalau pas jemput sekolah dia masih mau main sama temennya. Baiklah aku mau nyontek gaya Mama Sarwasih dalam hal ini.

    BalasHapus
  9. Sebetulnya pertanyaan "dia makan apa sih kok bisa pinter gitu?" itu cuma satire aja, suatu ungkapan kagum atau terkesima karena kepintaran seseorang yang dianggap amazing atau di atas rata-rata. Yang tanya aslinya juga tau kalo anak itu ya makannya sama aja kayak orang pada umumnya, nasi juga (kalo di Indo), telor, sayur, ikan, ayam yaahh normal lah. Tapi karena saking pintarnya, makanya dia satire, kok bisa sepintar itu padahal makannya sama. Gitu aja sih, bukan secara harfiah makan apa biar bisa pinter, gitu bukan..

    Tapi aku setuju sama cara parentingnya mama Sarwasih ini. Semoga aku bisa niru yang baik2. Walaupun memang, semua yg dilakukan itu bisa semakin maksimal kalo kondisi finansial mendukung. Faktanya, kondisi finansial seseorang juga pengaruh ke tingkat pendidikan yang diperoleh. Ya memang ada kondisi dimana orang dengan finansial menengah ke bawah tapi pintar dan cerdas, tapi tidak semua. Realitanya orang-orang yang well-educated (bukan pintar dan tidak pintar ya) itu biasanya berasal dari kalangan menengah ke atas.

    Justru ini yang jadi motivasi ku sebagai orang tua supaya bisa mendidik anak dengan baik, tapi di saat yang sama aku juga bilang 'aku harus jadi orang kaya biar bisa ngasih yang terbaik buat anak'. Jadi motivasi tersendiri buat usaha, walaupun hasilnya tetep aku serahkan sama Allah. Ya Allah, aku berusaha seperti ini demi anak yang Engkau titipkan, hasilnya aku pasrahkan padaMu. Begituu... Jadi curhat wkwk.

    Makasih mama Sarwasih inspirasinya. Humble ya kayaknya orangnya?

    BalasHapus
  10. Telur itu memang sumber protein yang murah meriah. Biasanya kan yang lainnya mah agak mahal. Bahkan yang telur omeganya pun harganya tidak terlalu jauh dengan telur biasa. Anak-anakku doyan banget, hampir tiap hari makan telur. Sama, nih, sama Axel. He-he.

    BalasHapus

Posting Komentar