cerita mbun

Membangun Pondasi Anak Sebelum Calistung. Ala Montessori!

5 komentar
Bangun pondasi teknik calistung
"Orang tua pembelajar? Semangat bertumbuh!'

Senang sekali bisa ikut webinar parenting montessori yang di moderatori oleh Miss Aida dari @montessoristore_lekatpekat yang diadakan pada hari Kamis, 19 September jam 11 sampai jam 12 siang WIB. 

Siang hari dapat ilmu yang bermanfaat dan menyadarkanku kalau anak belajar calistung itu butuh proses dan tidak harus selalu duduk dengan fokus, karena anak usia 3 tahun masih belum bisa fokus. 

Belajar calistung ala Montessori ini buat anak jadi have fun dalam belajar. Prinsipnya bukan anak harus bisa, tapi bagaimana anak enjoy dan paham dengan calistung. Orang tua tidak lagi memaksa anak dengan menyuruhnya membaca berlembar-lembar apalagi dan memaksanya menulis menggunakan pensil dengan benar.

Memaksa anak belajar justru akan menimbulkan berbagai masalah. Anak jadi tidak mau belajar, anak tidak bisa mengontrol emosinya dan masih banyak lagi. Tidak mau kan hal seperti itu terjadi? Kita harus bisa memahami apa yang anak butuhkan.

Belajar menggunakan konsep Montessori ini membuat anak nyaman dan terpenuhi kebutuhan sendirinya. Yuk, sebelum bangun pondasi anak bisa calistung, kita harus pahami dulu bagiamana sih pondasi Montessori itu? Bagaimana mengaplikasikannya pada anak? Simak artikelnya sampai selesai ya.

Filosofi Montessori 

Ibarat bangunan rumah, apakah rumah akan kuat jika dibangun tanpa pondasi? Ingin jalur cepat dengan membangun gentengnya dulu juga jelas tidak bisa. 

Sama halnya dengan membangun anak bisa calistung, harus kita bangun dulu pondasinya dengan memberikan stimulasi sejak usia 0-5 tahun. Untuk teknisnya baru kita ajarkan di usia 5 tahun kalau pun usia 4 tahun sudah terlihat tidak apa-apa jika sudah belajar teknis. 

Umma Via Rizkiana
Umma Via Rizkiana, S.E, Dipl. Montessori, CPS, CH,CHt, CPHt selaku foundari dari Avva, aku suka Montessori, dan read aloudnanak Indonesia ini memaparkan kalau mustahil anak bisa baca calistung cepat kalau tidak kita stimulasi sejak lahir. 

Bagaimana menstimulasinya? Tentunya dengan menggunakan kaidah Montessori yang harus kita pegang. Multi Montessori, follow the child, kebebasan dengan batasan dan sebuah pembelajaran membantu anak-anak bukan hanya bisa tapi juga paham apa yang dia lakukan.

Memang ada anak yang usia dua tahun sudah bisa membaca dan itu sebuah keajaiban. Pasti sangat senang memiliki anak yang cepat membaca dan menulis di usia yang masih dini. Jangan sampai lupa untuk menanamkan pondasinya.

Umma mengingatkan dalam membersamai anak kita selalu berdoa agar diberi kemudahan, kesabaran, kenikmatan, keikhlasan, petunjuk, pertolongan, surga dan pahala. Perkara anak bisa membaca itu bonus. Perkara kita sabar juga itu bonus. 

Ketika memiliki harapan jangan jadikan itu ekspektasi, tetapi jadikan doa. Maka, yuk Bunda mari kita niatkan proses belajar anak calistung ini sesuatu yang bernilai ibadah. Bismillah...

Setiap anak lahir dengan indra yang ada pada dirinya. Anak juga perlu usaha untuk membaca. Mungkin menurut kita mudah karena kita sudah melaluinya. Tapi, bagimana anak? Semua inderanya bergerak dan berusaha keras untuk belajar. 

Aku sering melihat dari raut muka Aqlan yang terlihat belajar keras untuk bisa melakukan sesuatu. Saat sedang belajar jalan, merasakan buang air kecil dan proses lainnya yang sangat tidak mudah bagi anak. 

Ada faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi proses belajar anak. Faktor internal yang ada pada diri anak, seperti inderanya yang bisa mendengar mengecap, melihat, menyentuh, membaui. Semua yang ada dalam tubuhnya.

Begitu juga dengan faktor eksternal, yaitu lingkungannya. Bagiamana ia melihat lingkungan sekitar dengan menggunakan indranya.

Aktivitas reflek bergerak yang dibutuhkan oleh anak. Melakukan aktivitas sensori yang di stimulasi dengan baik. Makanya, aku tidak pernah melarang Aqlan untuk berlari, karena itu merupakan kebutuhan Aqlan akan motoriknya. 

Filosofi Montessori
Jadi, belajar mengenalkan huruf pada anak bukan dengan anak harus membaca buku abjad berurutan dari a sampai z. Tapi, dari bunyi. Bagaimana mengucapkan huruf abjad, tanpa harus berurutan. 

Bunyi hurufnya beda-beda. Dengan begitu anak memiliki kesadaran kualitas. Hingga terbentuk sebuah memori dan konsentrasi dimulai dengan anak bergerak.

Begitu pun dengan belajar menulis, stimulasinya bukan dengan menyuruh anak menggunakan pensil dan menyuruh anak menulis. Anak akan bingung. Tapi, dimulai dengan mengenalkan bentuk, warna, membedakan dan membandingkan benda sekitar. 

Bukan hanya geraknya, tapi tidur yang cukup, makan Yangs smuanya ada keterkaitan sesuai dengan Piramida belajar.

Phyramid of Learning

Dalam phyramid of learning ala Montessori ini stimulasinya bertahap dari usia 0 tahun

0-2 tahun: Sensory System

2-3 tahun: Sensory Motor Development 

4-6 tahun: Perceptual Motor Development 

6 tahun ke atas: Cognitive Intellect 


Semua ada tahapannya. Ketika anak belum bisa jangan pernah dipaksa apalagi sampai bilang, "Kenapa ga mau belajar? Kenapa males sih? Kok ga ngerti-ngerti?"

Literasi Dini

Ketika anak sudah memasuki usia SD, maka teknik calistung sudah bisa kita ajarkan. Umma Via membaginya ke dalam tiga jenis, pr membaca, menulis dan matematika.

Pra Membaca

kegiatan yang memperkuat keterampilan menyimak beragam bunyi. Membaca bukan dari baca tulisan, tapi dair bunyi. Mengenalkannya juga tidak perlu runut. 


Pra Menulis

kegiatan yang memperkuat tubuh anak agar dapat menulis dengan posisi yang baik. kalau tidak baik akan mudah cape, tulisan besar atau kebolak balik.

Aktivitasnya di mulai dari tummy time, merangkak dan berjalan. 


Pra Matematika

Pra matematika merupakan kemampuan dalam menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapi anak-anak dalam kehidupan sehari-hari. 

Anak menuang ai ke gelas, mengancing baju, tali sepatu, bantu cuci piring, membandingkan, mengurutkan, mengenal pola, mengenal angka.

Akhir-akhir ini aku dikejutkan oleh tingkah Aqlan. Kenapa? Meleng dikit sudah bisa cuci piring. Katanya, "Mbun, Aqlan mau bantu Mbun cuci piring." Terharu banget dia mencuci gelas bekas ia minum.

Dia juga bilang, "Seperti ini Mbun cuci piringnya." Ternyata dia memperhatikan aku cuci piring. Aku tidak pernah melarang Aqlan mau membantu aku di dapur. Kalau lagi masak juga ia selalu ingin membantu. Semoga sampai besar ya ingin membantunya, haha.

Aqlan juga senang bermain mobilan, ia mengelompokkan mobilan berdasarkan bentukz warna dan jenis. Aku perhatikan Aqlan ini kreatif banget ada balok dan kayu dia buat bangunan atau jalan mobil Tamia. 

Ternyata kata Umma Via itu adalah bagian dari kegiatan pra menghitung. Meskipun Aqlan belum tertarik untuk menulis, ya seperti yang Umma bilang kalau kegiatan menulis bukan dengan pensil. 

Aku juga diingatkan sama Umma bukan anak tidak tertarik, tapi "belum tertarik" aku merasa diingatkan kalau mind set aku selama ini kurang tepat. Terima kasih Umma sudah menjawab kekhawatiranku selama ini, karena memang belum saatnya Aqlan belajar teknik calistung. 

Cuman di lingkungan nih sering ada suara sumbang yang mengharuskan anak segera bisa calistung. Padahal, kan semua ada tahapannya dan tidak bisa di generalisirkan.

Tanda Anak Siap Belajar Calistung

Kita aja yang dewasa sulit sekali fokus. Anak 17 tahun saja hanya bisnadokus selama 30 menit. Lalu bagaiman anak usia 3 tahun? Jangan berharap bisa fokus ya, hehe.

Kemarin Aqlan ikut saudaranya sekolah Paud, di situ aku melihat ada orang tua yang menyuruh anaknya untuk selalu fokus. "Ayo fokus dong nulisnya." Karena anaknya tidak bisa diem. 

Padahal anak kalau diburu-buru akan kebingungan. Umma Via mengingatkan kita untuk selalu slow but sure dalam setiap prosesnya. 

"Setia pada proses, sabar dalam hasil."
  • Memiliki keteraturan
  • Bergerak dengan presisi
  • Suka beraktivitas/bekerja setiap harinya
  • Konsentrasi dan fokus dengan rentang yang cukup
  • Mampu menyelesaikan pekerjaannya (mandiri)
  • Mengikuti proses kerja
  • Mengenal simbol dan maknanya 
  • Gross dan motor skills yang baik dan matang sesuai usianya
  • Sudah lancar berbicara

Apakah ayah dan Bunda sudah siap memberikan stimulasi pra akademik? Angan lupa konsepnya seperti kura-kura dan kelinci. Pelan tapi sampai tujuan. Yuk, aku siap!!


Related Posts

5 komentar

  1. Sebagai orang tua kalau ditajya sudah siap belum dengan kegiatan pra akademik, jawabnya harus siap ya. Karena bagian dari proses belajar bersama anak menjadi orang tua, dan memahami anak.

    BalasHapus
  2. Jadi orang tua itu memang luar biasa dinamikanya, ya. Idealnya kita memang harus siap ya mendampingi anak-anak dalam setiap masa tumbuh kembangnya, termasuk membersamai dalam masa pra sekolahnya

    BalasHapus
  3. Masyallah ternyata tahap tahapnya sprti itu ya mbak. kalau anak udah sd apa bisa ya

    BalasHapus
  4. Enggak udah ya jadi orang tua? Mengingat orang tua adalah figur pertama dan utama yang berpengaruh dalam proses tumbuh kembang anak. Apa yang orang tua tanam pada anak saat kecil, itu yang akan jadi pemicu karakter anak ketika dewasa. Harus terus belajar dan bersabar

    BalasHapus
  5. Aku udah mulai sedikit-sedikit stimulasi pra akademik, tapi ga mau maksain, kalau keliatan udah ga mau ya udah main yang dia suka aja dulu

    BalasHapus

Posting Komentar