cerita mbun

Perbedaan Mendidik Anak Laki-laki dan Perempuan

21 komentar
Mendidik anak laki-laki

"Anak laki-laki nggak boleh main boneka!"
"Masa anak laki-laki menangis?"
"Perempuan mainnya harus masak-masakan."
Ayah dan Bunda sering mendengar statement seperti itu? Masyarakat Indonesia masih membedakan cara mendidik anak laki-laki dan perempuan berdasarkan gender.

Stereotip gender masih sering aku dengar dan terjadi di lingkunganku. Termasuk Aqlan yang sering dapat komentar serupa. Saat Aqlan mendapatkan hadiah boneka dari popok sekali pakai yang biasa aku beli, aku memberikannya untuk Aqlan sebagai mainan. 

Lalu, akupun mendapat kritik tersebut bahwa laki-laki tidak boleh diberi boneka. Apakah benar lelaki tidak boleh bermain boneka? Laki-laki tidak boleh menangis? 

Perbedaan Anak Perempuan dan Laki-laki 

Orang tua dulu mendidik anak berdasarkan gender stereotip bahwa anak laki-laki harus bermain mobilan, kuat dan tidak boleh menangis. Sedangkan perempuan harus bermain boneka dan bersikap lemah lembut dan boleh untuk menangis. 

Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan, cara mendidik anak pun sudah banyak yang berubah dan diganti dengan perbaikan yang membuat anak baik perempuan atau laki-laki semakin optimal.

Pantas saja ya sekarang banyak orang dewasa laki-laki yang sulit mengekspresikan perasaannya atau sulit berkomunikasi karena dari kecil sudah dilarang untuk menangis. Memang apa salahnya menangis? Bukankah itu perasaan yang manusiawi?

Kalau ada yang larang Aqlan menangis,  aku segera beri penjelasan, “Tidak apa Aqlan kalau sedih menangis saja.” Aku beri waktu untuk menangis, setelah melihatnya sudah tidak menangis, aku akan tanya lagi, "Sudah nangisnya?" Lalu, aku validasi emosinya dengan bertanya apa yang membuat sedih, menangis hingga marah. 

Dengan memvalidasi emosinya anak akan bercerita dan merasakan perasaan sedih, marah, kecewa hingga ia bisa membuka diri untuk menceritakan apa yang ia rasakan. Anak yang terlatih dengan kebiasaan ini hingga ia usia 15 tahun lebih akan mudah menceritakan apa yang ia rasakan kepada orang tuanya.

Coba saja Bunda analisis suami di rumah, bagaimana ia mengekspresikan perasaannya dan bagaimana pasangan mendapatkan didikan semasa kecilnya apakah dibiarkan untuk menangis atau dilarang untuk menangis, hehe.

Perbedaan gender tersebut bukan menjadi patokan cara mendidik anak laki-laki dan perempuan. Perbedaan cara mendidiknya itu terlihat dari minat dan bakat yang dimiliki anak laki-laki dan perempuan. Dari situlah kita bisa tahu treatment apa yang bisa kita lakukan untuk mendidiknya. 
Stereotip gender pada anak
Bunda Kurnia, seorang Trainer Parenting membedakan anak laki-laki dan perempuan berdasarkan otaknya. Otak laki-laki yang berkembang lebih dulu adalah otak kanannya. Maka, tak heran anak laki-laki lebih suka berimajinasi dan lebih banyak bergerak dibanding anak perempuan.

Sedangkan anak perempuan yang berkembang lebih dulu adalah otak kirinya. Sehingga anak perempuan sudah bisa berpikir, berbicara dan melakukan analisis lebih dulu dibandingkan anak laki-laki hingga usia 4 tahun. Setelah usia 4 tahun ke atas, otak kiri dan otak kanan perempuan sama besarnya.

Tidak heran, jika memasuki usia TK, pada saat sekolah anak perempuan lebih tertib dibandingkan anak laki-laki yang sulit diatur. Anak perempuan sudah bisa dikasih tahu harus begini dan begitu, sedangkan anak laki-laki masih saja berlarian kesana kemari dan tidak mau diatur. 

Hingga usia 4 tahun, anak perempuan sudah bisa diatur, otak kiri laki-laki masih saja belum aktif. Hingga usia 7 tahun, baru lah otak kirinya berkembang, itu pun masih kecil sehingga otak kanan masih lebih besar dibanding otak kirinya. Anak laki-laki baru bisa tertib saat usianya 18 tahun. Wah, lama banget ya? Mesti sabar nunggunya nih, hehe.

Aku juga merasakan hal yang sama saat SD dan SMP, aku merasa teman laki-laki di sekolah lebih banyak bercandanya daripada serius belajarnya. Namun saat SMA, aku merasa pertumbuhanku tertinggal daripada teman laki-laki. Tahu-tahu mereka lebih cepat tinggi dan sudah mulai serius untuk merencanakan masa depan. Aku merasa tertinggal dibanding laki-laki, wkwkwk.

Bagaimana Treatment Mendidik Anak Laki-laki dan Perempuan?

Dari penjelasan otak anak laki-laki dan perempuan saja sudah terlihat kan bedanya? Hal yang sama juga terjadi pada Aqlan dan saudara perempuannya. Aqlan lebih sulit diatur, tidak mau diam bergerak kesana kemari sedangkan yang perempuan anteng saja. 

Di sini akan didirikan PAUD baru, orang-orang ramai mendaftarkan anak-anaknya meski masih usia 3 tahun. Tak heran, Aqlan pun diminta untuk segera mendaftarkan sekolah. Aku tidak ingin menjadi Fomo dalam hal pendidikan.

Sebagai orang tua tentunya aku ingin memberikan pendidikan terbaik bagi anak. Namun, aku juga melihat kesiapan anak. Di usianya yang 3,5 tahun Aqlan belum terlihat keinginannya untuk sekolah. Aku pun memang tidak berencana untuk menyekolahkannya di usia segini. Aku juga tidak mau Aqlan hanya turut menjadi peserta yang seru-seruan saja di sekolah tanpa ada rasa tanggungjawabnya.

Setiap keluarga memiliki kurikulum pendidikan dan visi misi yang berbeda soal sekolah. Jadi, aku tidak mau ikut-ikutan hanya karena demi membiasakan anak sekolah. Aku ingin Aqlan sekolah dengan minatnya yang tinggi, kesiapannya juga tanggungjawabnya. Meski tidak harus langsung bisa membaca dan menulis, setidaknya Aqlan sekolah dengan "serius" dengan kemauan belajar dan bermain yang seimbang. 

Kembali lagi pada otak anak laki-laki dan perempuan yang berbeda. Kalau sekolah sekarang, aku yakin Aqlan akan minta pulang saat itu juga, hahaha.

Anak laki-laki dan perempuan punya karakter yang unik, untuk itu cara mendidiknya pun berbeda. Namun, bukan berarti perbedaan tersebut membuat anak tidak belajar dari satu sama lain.
Mendidik anak perempuan

Anak laki-laki

Anak laki-laki lebih banyak gerak dibandingkan anak perempuan. Ayah Bunda bisa mendukungnya dengan mengajaknya bermain musik, olahraga dan kegiatan yang mendukung imajinasinya. Cara mendidik anak laki-laki 3 tahun berbeda dengan perempuan. 

Anak laki-laki juga butuh dikenalkan oleh figur laki-laki seperti tegas, serius dan bisa mengambil keputusan yang tepat. Meski begitu laki-laki juga mesti punya sisi kelembutannya. 

Ketegasan laki-laki itulah yang menciptakan karakter pemimpin pada dirinya. Arrijalu qowwamuna alannisa yang artinya laki-laki pelindung bagi kaum perempuan.

Pada usia 8 tahun hingga 15 tahun, kenalkan sosok macho seperti figur Ayah pada anak laki-laki. Ayah berperan penting pada anak laki-laki di usia ini. 

Ketika anak laki-laki menceritakan sesuatu, Ayah bisa menjadi pendengar dan juga solusi bagi problematika anak laki-laki seperti mimpi basah atau hal lainnya.

Orang tua bisa menjelaskan pada anak kalau tidak apa-apa jika anak laki-laki menangis karena Rasulullah juga menangis. Menangis tidak harus dalam merasakan sedih atau hal negatif. Menangis banyak sebabnya bisa menangis karena bahagia, perasaan terharu, kecewa, marah, kesal dan banyak hal untuk diungkapkan.

Melatih jiwa empatinya dan peduli terhadap sekitar. Peran orang tua terhadap anak laki-laki dan perempuan sampai usia anak 15 tahun. Setelah usia 15 tahun anak didik oleh lingkungannya. Artinya mereka banyak belajar dari lingkungan. Maka dari itu penuhi kasih sayang dan cintanya sedari ia kecil. 

Ingat, anak laki-laki juga manusia biasa yang boleh melakukan hal-hal yang manusiawi.

Anak Perempuan

Anak perempuan lebih dominan motorik halusnya daripada kasar. Sehingga ia lebih terarah dan lembut. Berbicara dengan anak perempuan tentu saja berbeda dengan anak laki-laki.

Anak perempuan juga punya jiwa pemimpin, yang membedakan ada pada bidangnya. Sekarang juga sudah banyak kan yang memimpin perempuan? 

Ayah dan Bunda perlu mencari tahu apa yang digemari anak perempuan agar bisa diarahkan sesuai minat dan bakatnya. 


Kesimpulan

Perbedaan anak laki-laki dan perempuan bukan pada gendernya, tetapi ada pada otaknya. Sebaiknya kita sudah tidak mengkotakkan lagi cara mendidik anak berdasarkan gender karena semua berhak atas pendidikan serta eksplor minat dan bakat masing-masing.

Otak kanan laki-laki lebih berkembang dibandingkan otak kanannya. Tak heran ia lebih suka bergerak dan berimajinasi. Sedangkan perempuan kebalikannya sehingga ia sudah pandai berbicara, berpikir dan menganalisis. 

Berdasarkan perbedaan itu sehingga treatment yang kita lakukan bisa berbeda anak laki-laki dan perempuan. Namun bukan berarti anak dibatasi rasa ingin tahunya. Anak laki-laki dan perempuan boleh melakukan hal-hal yang ingin mereka lakukan, karena setiap anak bebas untuk mengeksplor rasa ingin tahunya. 

Selanjutnya baca juga Cara Mendidik Anak Laki-laki Berkepribadian Baik. Ayah Bunda pernah mendapatkan stigma gender tersebut? Cerita di kolom komentar yuk!




Refrensi:
  1. Apakah mendidik anak Perempuan dan Laki-laki berbeda? - https://sigap.tanotofoundation.org/apakah-mendidik-anak-perempuan-dan-laki-laki-berbeda/
  2. Beda Gender Beda Cara Mendidiknya? Kenali Tips Mendidik Anak Laki-Laki & Perempuan yang Tepat! - https://sangbuahhati.com/baca/beda-gender-beda-cara-mendidiknya-kenali-tips-mendidik-anak-laki-laki-perempuan-yang-tepat/
  3. Jangan Disamakan, Begini 5 Perbedaan Mendidik Anak Perempuan dan Laki-laki - https://hallobunda.co/jangan-disamakan-begini-5-perbedaan-mendidik-anak-perempuan-dan-laki-laki/
  4. Apa Perbedaan Mengasuh Anak Laki-laki dan Perempuan? - https://www.guesehat.com/apa-perbedaan-mengasuh-anak-laki-laki-dan-perempuan
  5. Perbedaan Cara Mendidik Anak Laki-laki dan Perempuan - https://youtu.be/YERym-Kzy0Y?si=vxnqv1JEU6pcJQ7W

Related Posts

21 komentar

  1. Sampai saat ini, memang masih banyak ornag tua yang menerapkan cara mendidik turun temurun. Jadi karena dulu orang tuanya menerapkan begitu, maka saat menjadi orang tua, dia menerapkan itu juga pada anaknya. Padahal perkembangan teknologi, kemajuan zaman, bisa mengubah dan menyusaikan pola didik. misalnya soal anak laki-laki tidak boleh menangis, masih banyak tetangga saya yang begitu. Dan memang akan membuat anak laki-laki nanti tidak peka.

    BalasHapus
  2. Bermanfaat sekali kak Alfi. Aku sendiri memang belum menikah jadi belum paham secara real mendidik anak. Tapi, kalau dilihat sekilas pun, anak laki-laki dan perempuan punya banyak perbedaan, so, tritmen belajarnya pun pasti beda

    BalasHapus
  3. Dua anak saya laki-laki semua. Yang gede dulu dididiknya ala "laki" banget, mungkin karena obsesi ayahnya. Tapi didikan ke si adik, lebih fleksibel, tidak seketat waktu si kakak dulu. Sehingga ia lebih bebas bereksplorasi. Namun kami tetap memberitahukan batasan serta pengertian, agar dia paham bahwa dirinya laki-laki.

    BalasHapus
  4. Saya termasuk yang membebaskan anak dalam menentukan apa yang diinginkan, tapi tetap dalam dampingan. Menangis, memasak, menjahit, saya malah menyarankan secara saat pendakian yang sering kami lakukan, anak justru dibutuhkan keterampilan itu. Jadi memasak gak hanya buat anak cewek...

    BalasHapus
  5. Ternyata pengasuhan anak laki-laki dan perempuan berbeda ya. Memang saya merasakan punya anak laki-laki, dia jauh lebih aktif bergerak dan suka kegiatan yang menguras tenaga.

    BalasHapus
  6. Perbedaan di sini bukan karena gender yang satu lebih unggul dari yang lain. Namun perbedaan dalam teknik pola asuh, karena memang harus sesuai dengan gendernya

    BalasHapus
  7. Nah benar, sampai sekarang pun masih dengar orang suka bilang anak laki-laki kok nangis. Atau jangan cengeng ah, kan anak laki-laki. Padahal anak laki-laki tetap saja punya perasaan dan tidak ada yang boleh melarang untuk menangis

    BalasHapus
  8. Setuju kak mendidik anak laki-laki dan perempuan memang berbeda, sesuaikan fitrah anak saja. Kalo mainan aku kenalin semua tapi aku kasih batasan. Misal boneka buat anak cowok bolehnya cuma yang boneka binatang aja, kalo main masak-masakan aku cari alat mainan yang tidak ada gambar girly

    BalasHapus
  9. Setuju banget mba, memang harus dibedakan sich biar nggak ada pergaulan yang menyimpang nanti kedepannya. Cuma mungkin bisa juga kasih kaya mainan edukasi yang bisa digunakan untuk semua gender.

    BalasHapus
  10. Nah ini yang luput kadang anak cowok dibiasain harus lebih tangguh padahal tetep harus punya sisi kelembutan juga biar bisa lebih mudah mengekspresikan diri

    BalasHapus
  11. Benar sih kak. Mendidik anak laki2 ama perempuan tuh berbeda. Ga bs disamaratakan krn karakternya berbeda. Emg sih laki2 butuh sosok macho tp jg msh perlu sosok kelembutan krn akan memimpin keluarga. Ntr kl kasar mulu, perempuan psti kabur dong.

    BalasHapus
  12. suka ngikutin akun dr. aisyah dahlan. ceritanya bahas tentang perbedaan mendidik anak laki-laki dan perempuan. karena memang fitrahnya sudah berbeda, jadi harus dididik dengan cara berbeda juga

    BalasHapus
  13. masyaAllah yaa, bukan hanya fisiknya yg beda, mental dan kepribadian juga harus aware sejak anak2 lahir, jadi paham orientasinya dan ngga salah ngedidiknya

    BalasHapus
  14. Aku setuju banget untuk membedakan pendidikan kepada anak perempuan dan laki. Karena kebutuhan psikis dan mental mereka juga berbeda. Dan dari sinilah biasanya nanti menentukan sang karakter anak.

    BalasHapus
  15. Mendidik anak perempuan dan laki-laki memang berbeda. Tapiii, memasak, mencuci, dan bersih-bersih adalah basic skill life yang mesti dimiliki perempuan dan laki-laki.

    BalasHapus
  16. Bener banget nih, dari didikan ini juga harus bisa membentuk karakter anak. Tegas didiknya dalam beda caranya.

    BalasHapus
  17. Setuju.. walau anakku laki-laki semua, tapi memang ada pendekatan dan juga cara pola asuh yang berbeda dibandingkan dengan anak perempuan

    BalasHapus
  18. Mendidik anak laki-laki dengan perempuan memang sangat berbeda
    Dua anak laki-laki ku sedari dini Alhamdulillah cukup dekat dengan ayahnya, terlebih sang kakak yang sekarang butuh figur seorang ayah sebagai pemimpin, jadi sering menghabiskan waktu berdua

    BalasHapus
  19. Aku jadi teringat beberapa materi yang juga dihadirkan oleh DR. Aisah Dahlan nih jadinya. Sepakat dengan perbedaan tadi bukanlah terlihat lewat gender semata melainkan memang fitrah alias perkembangan otaknya. Setiap anak itu unik

    BalasHapus
  20. Ah jadi pengingat banget nih Kak. Anak perempuan dan anak laki-laki itu bedanya di perkembangan otak. Hkan di gender. Jadi ingat buku Female Brain dan Male Brain. Jadi betul, otak antara perempuan dan laki-laaki beda.

    BalasHapus
  21. Tulisan ini bikin saya mikir ulang tentang stereotip gender! Ternyata, perbedaan cara mendidik anak laki-laki dan perempuan nggak cuma soal mainan atau ekspresi emosi aja, tapi juga soal perkembangan otak mereka. Aku setuju banget kalau kita harus memberikan ruang bagi anak untuk mengekspresikan diri dan mengeksplor minatnya tanpa terikat oleh norma-norma kuno. Jadi, jangan ragu untuk mendukung anak dengan cara yang sesuai dengan kepribadian dan minat mereka, apapun gendernya! 😄

    BalasHapus

Posting Komentar