cerita mbun

Toilet Training: Kapan Memulai dan Cara Mengajarkannya

33 komentar
Apa itu toilet training
Semenjak Aqlan lahir, aku sudah memakaikannya popok sekali pakai. Saat itu aku belum tahu tentang clodi, jadi aku pakai popok. Popok sekali pakai sangat membantuku mengurus bayi karena aku cuman berdua sama suami mengurus bayi, kalau suami sedang bekerja, aku hanya berdua di rumah dengan Aqlan. 

Lama-lama aku jadi merasa nyaman dengan memakaikan anak popok. Praktis, tidak ribet, tinggal buang. Paling penting waktuku tidak habis untuk mencuci celana bayi. Pernah waktu itu aku mencoba seharian tidak menggunakan popok, namun ternyata malah membuatku kelelahan.

Belum lagi anak menangis dan kerjaan rumah yang lainnya. Jadinya aku selalu pakaikan popok siang dan malam. Tapi, tidak mungkin aku memakaikan popok terus, ada saatnya nanti anak harus belajar toilet training.


Apa itu Toilet Training?

Toilet training adalah proses melatih anak dalam mengontrol keinginannya untuk buang air kecil dan besar. Prosesnya tentu tidak mudah dan jangan berharap sekali kita ajarkan anak langsung bisa buang air sendiri ke kamar mandi.

Toilet training membutuhkan proses intensif dari orang tua untuk mendampingi anaknya. Orang tua juga harus sabar karena prosesnya sungguh menguji emosi.

Anak perlu diajarkan toilet training agar anak bisa mengontrol keinginannya untuk buang air. Tidak mengompol terus dan memakain popok dalam jangka waktu yang lama juga tidak baik bisa membuatnya iritasi kulit. 

Namun, aku juga bingung kapan saat yang tepat untuk memulai proses toilet training, melihat anak seperti tidak ada tanda-tanda ingin ke toilet. 

Kapan Anak Mulai Toilet Training?

Banyak ahli yang menyebutkan ideal anak memulai toilet training di usia 18 hingga 24 bulan. Namun, angka tidak menjadi patokan mutlak dalam memulai toilet training. Dalam toilet training perlu memperhatikan kesiapan anak dan orang tua.

Bukan orang tua yang menentukan kapan harus toilet training, tapi anak sendiri yang menentukan. Jangan sampai memaksa anak. Memaksanyanya akan membuat anak trauma dan justru prosesnya akan lebih lama lagi. 

Jika anak tidak mau, biarkan saja nunggu kesiapan anak terlebih dahulu. Persiapan anak bukan hanya fisik namun mentalnya juga. 

Anak mulai dilatih toilet training
Aku sendiri memadukan persiapanku dan anak. Jika kami sama-sama siap, Insya Allah anak juga akan kondusif dan mulai mengerti yang kita arahkan. Apalagi aku yang terbiasa menggunakan popok sekali pakai, membuatku harus lebih siap mental karena akan ada perubahan kebiasaan ketika menjalankan proses toilet training.

Setiap anak memiliki kesiapan yang berbeda. Tidak bisa disamakan atau dibandingkan dengan anak lain dalam prosesnya. Biasanya anak perempuan lebih cepat proses toilet training daripada laki-laki. Namun, itu juga bukan menjadi patokan yang mutlak. 

Persiapan mental orang tua juga harus siap dalam proses toilet training, pasalnya dalam proses toilet training akan ada suara-suara sumbang yang menganggu.
"Kok anaknya belum bisa pipis sendiri? Anaknya si A udah bisa tuh pipis sendiri ke toilet.”
Oh Aqlan malah sudah bisa antar aku ke pasar naik motor, wkwkwk. Alhamdulilah aku diberi kemudahan untuk tutup telinga mendengar hal-hal semacam itu. 

Niat dari awal ingin stimulasi anak agar mandiri, jadi aku tidak peduli dengan suara-suara sumbang. aku fokus terhadap proses toilet training, agar aku happy dan Aqlan tidak trauma.

Seringkali aku mendengar komentar tersebut bahkan ditunjukkan pada anak, "Jangan ngompol terus dong, kan sudah besar." Ucapnya pada anak berusia 2 tahun.

Secepat mungkin aku merespon, "Tidak apa-apa sayang, Aqlan masih belajar. Nanti kan celananya Mbun cuci. Yuk, kita bersihkan dulu nanti pakai celana baru lagi yang sudah dicuci." 

Aku mulai mengajarkan toilet training di usisa Aqlan 2 tahun lebih, aku lupa pastinya. Saat Aqlan sudah bisa bilang "pipis" namun pipisnya sudah keluar, hihi lucu banget. Paling buat aku terharu, dia lap sendiri bekas pipisnya menggunakan lap. 

Aku mengira, Aqlan belum bisa merasakan kapan ia akan pipis. Jadinya, ketika sudah terjadi malah baru bilang. Hal itu biasa saja terjadi pada anak karena anak belum bisa membedakan kapan ia akan buang air kecil. 

Jangan lupa Ayah dan Bunda diskusi bersama dalam melakukan persiapan toilet training, Ayah dan Bunda harus satu tuju. Tidak bisa masing-masing punya pemahaman berbeda dalam melatih toilet training

Lalu, bagaimana caranya mengajarkan anak toilet training di usia 2 tahun?


Bagaimana Cara Mengajarkan Anak Toilet Training?

Sulitnya mengajarkan anak toilet training kadang bikin orang tua frustasi. 
Sebaiknya buat proses toilet training ini jadi kegiatan yang menyenangkan. Sehingga orang tua tidak menganggap ini sebagai beban dan anak tidak merasa dituntut untuk melakukan sesuatu.

Alhamdulillah berkat kesabaran dan kesiapan mentalku, Aqlan sudah punya keinginan untuk pipis di toilet dan malah tidak mau menggunakan popok. Di usianya 3 tahun sekarang, Aqlan sudah tidak mengompol lagi.

Libur lebaran kami sekeluarga pergi ke Banten. Karawang - Banten cukup jauh, aku khawatir Aqlan akan minta pipis sedangkan rest area masih jauh. Nyatanya anaknya menolak untuk menggunakan popok. 

Cara melatih anak toilet training

Begitu pula saat mudik Karawang - Subang, aku takut Aqlan akan mengompol di jalan, nyatanya selama perjalanan ia tidak mengompol. Berkali-kali aku tawarkan, apakah ingin buang air kecil atau tidak, tapi dia tetap bilang "tidak mau." 

Hahaha, anaknya happy aja malah orang tuanya yang overthingking. Baiklah, begini cara melatih anak toilet training di usia 2 tahun:


1. Gunakan Bahasa yang Dimengerti Anak

Gunakan bahasa yang mudah digunakan anak dan diucap oleh anak. Sehingga kita juga mudah untuk membonding anak. 

2. Mengenalkan Toilet

Kenalkan toilet pada anak. Jelaskan fungsi toilet untuk buang air kecil dan besar. Beritahu anak kalau pipis itu tempatnya di toilet bukan di sembarang tempat. 

Sehingga anak tahu, kalau saat ada keinginan buang air kecil, anak akan menunjuk toilet atau memintanya untuk pergi ke toilet. 

3. Mengenalkan Cara Penggunaan Toilet

Orang tua bisa mengenalkan cara menggunakan toilet beserta cara buang air kecil atau besar. Anak laki-laki, Ayah bisa mengajarkannya bagaimana cara buang air besar. Begitu sebaliknya Bunda bisa mengenalkannya pada anak perempuan.

Jika di rumah WC jongkok, jelaskan bagaimana penggunaannya dan biasakan anak untuk buang air besar di sana. Jika closet jelaskan juga bagaimana penggunaannya. Jangan lupa siram WC setiap habis buang air besar.

5. Lakukan dengan Rutin

Perhatikan frekuensi buang air kecil anak. Jika 2-3 jam buang air kecil, ajak setiap 3 jam sekali untuk buang air kecil. Atau dalam sehari 4 kali mengajak anak untuk buang air kecil.

Salahku duluan setiap 1 jam sekali aku ajak anak ke toilet. Alhasil anak menolak dan lebih memilih mengompol daripada ke toilet. Anak lagi asik main, tiba-tiba ajak anak ke toilet. Jelas saja anaknya jadi tidak mau, hehe. 

Jangan terlalu sering dan jangan juga terlalu lama mengajaknya ke toilet. Sesuaikan saja dengan frekuensi ia buang air kecil.

6. Ajak BAK Sebelum Tidur

Rutinitas sebelum tidur ini penting banget untuk kita biasakan buang air kecil sebelum tidur agar ia tidak mengompol. Kalau anak tidak mau,.tidak usah dipaksa ya. 

Nanti anak merasa tidak nyaman ketika sedang tidur ia mengompol. Lama-lama anak meminta sendiri ingin buang air kecil.

Jadinya kalau tiba-tiba Aqlan kebangun tengah malam ingin buang air kecil, dia suka membangunkanku untuk minta diantar ke toilet. 

Aku jadi de Javu, karena waktu kecil melakukan hal yang sama, membangunkan Mama kalau mau buang air kecil, hehe.  

6. Beri Pujian 

Beri anak pujian jika berhasil bilang ingin buang air kecil. Menurutku pujian itu berarti banget buat anak, anak jadi semangat melakukan sesuatu. 

Kesimpulan

Anak perlu dilatih untuk melakukan toilet training agar terbiasa buang air kecil pada tempatnya. Prosesnya butuh waktu dan tidak mudah. Seringkali malah bikin frustasi.

Namun, jika kita tidak berekspektasi berlebihan dan serahkan saja semua sama anak tergantung keinginannya, Insya Allah kok anak juga akan mengerti. Kita sebagai orang tua mendukung dan terus sabar melatihnya. 

Bersusah payah dulu sebelum nanti akhirnya tersenyum sambil bilang, "bye bye popok! hahaha." Rasanya ada kebahagiaan dan kelegaan tersendiri.

Ingat ya Bunda, jangan paksakan anak untuk toilet training agar anak tidak trauma. Agar anak enjoy dengan prosesnya, selanjutnya baca juga tentang Tanda-tanda anak Siap Toilet Training
 

Referensi: 
  1. Buku Saku Toilet Training dan Potty Chair karya Dra. Ni Ketut Mendri, S.Kep. Ns, M.Sc dan Dr. Atik Badi'ah, S.pd, S.Kp, M.Kes
  2. Channel YouTube Bidan Kriwil: Tips Toilet Training dengan Cepat

Related Posts

33 komentar

  1. Saya sudah lupa, apakah menerapkan toilet training ke anak atau tidak. Ingatnya umur 2 tahun sudah mulai diajarkan tidak pakai popok sekali pakai

    BalasHapus
  2. Senangnya jika sudah tidak pakai popok sekali pakai. Memang kudu sabar ya terutama untuk membersihkan lantai. Dan kadang anak jadi keseringan main air ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaaa mbak paling sebel ngelap lantai soalnya jadi najis kan, huhu.

      Hapus
  3. Toilet training merupakan proses yang membutuhkan kesabaran, konsistensi, dan dukungan dari orang tua. Dengan memahami tanda-tanda kesiapan dan menggunakan tips yang tepat, orang tua dapat membantu si kecil melalui proses ini dengan lancar dan menyenangkan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul banget kak harus sabar dan konsisten itu kuncinya. Toilet training jadi menyenangkan bagi si kecil.

      Hapus
  4. Wah aku masih inget nih strugglenya mengajarkan anak toilet training! Waktu itu kayaknya proses yang aku lakukan lebih dari 6 bulan deh... Sekarang kalau dingat-ingat kok rasanya capek sekali ya hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha jangan diingat-ingat lagi mbaakk. Anakkujuga lama 6 bulan mbaa.

      Hapus
  5. Kalau krucil saya dulu ga mau pakai popok, Mbak. Jadi dari 1 tahun, kalau mau pipis, walau tengah malam, dia gelisah. Dan akhirnya diajak ke kamar mandi. Nah, keponakan saya sudah 5 tahun masih pakai popok. Tapi hanya malam dan pergi saja. kalau siang dilepas, dan kalau mau pipis harus bilang. Atau bisa ke kamar mandi sendiri.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah ada juga yang gini ya pak, nggak betah pake popok. Kalau anakku malah waktu bayi nggak betah kalau nggak pake popok, huhu.

      Hapus
  6. Faktor sekitar jadi pengaruh juga ya di kecil belajar toilet training. Soalnya ponakan daku yang nomor 3 belajarnya karena dukungan ponakan daku yang tertua hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe iya kak perlu support juga dari sekitar.

      Hapus
  7. jadi ortu mesti tahu anak pipis tiap berapa jam sekali. butuh ilmu juga itu wkwk..

    BalasHapus
  8. Wah iya jujur aku paling musuhan sama toilet training. Lebih menguras emosi daripada masa-masa MPASI. Apalagi kalo anaknya on off kayak anakku, jadinya masih sabar menemani proses toilet training

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waduh sampai musuhan gitu mbaaa, hahaha. Tiap anak responnya beda ya mbak.

      Hapus
  9. Aku juga dulu lebih milih popok, karena memang gak ada yg bantuin. Ibu juga cuma sampe 22 hari aja nemenin aku lahiran, trus balik, maklum anaknya merantau beda pulau, haha..

    Anakku sendiri mulai toilet training pas 3 tahun, wah fase² cukup berat tuh, tapi tetep harus sabar yah biar gak boros beli popok terus haha..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah mirip pengalamannya ya mbak. Bener mbaa muai berasa soalnmya pengeluaran popok, hahaha.

      Hapus
  10. Proses toilet training anak-anak saya juga alami saja. Tidak berpatokan usia. Namun demikian alhamdulillah di usia 1,5 tahunan mereka sudah bisa.

    BalasHapus
  11. Toilet training setiap anak itu prosesnya berbeda. Dan, aku sangat merasakannya. Nggak mudah memang prosesnya. Bahkan kesabaran sebagai mama itulah yang butuh extra banyak. Sayangnya celotehan orang nih yang kadang bisa-bisanya buat goyah iman.

    BalasHapus
  12. Keren bgt ya bun. Umur 2 thn udah diajarin. Aku kemarin agak telat. Baru usia 5 thn berani pipis dan BAB sendiri meski hrs ditemanin mama/neneknya utk bersih2. Maklum krn pake WC org gede, bkn utk anak2. Jd hrs pantau si kecil biar ga terpeleset.

    BalasHapus
  13. Jadi inget 4 anakku yang waktu diajarkan toilet training berbeda-beda prosesnya. memang setiap anak mempunyai keunikan masing-masing, ya, termasuk ketika dikenalkan dengan toilet training. Yang terpenting kita sebagai orang tua harus sabar banget memberikan pemahaman dan membimbing mereka dalam toilet training ini

    BalasHapus
  14. Mengajarkan anak toilet training memang harus ekstra sabar...
    Anak saya sejak dua tahun belajar melepas diaper. Alhamdulillah gak banyak drama

    BalasHapus
  15. Iya, masing2 anak berbeda tahapan toilet trainingnya. Kedua anakku pun beda, ada yang umur 2 tahun udah bisa pipis sendiri, ada juga yang masih harus dibantu dan diingatkan utk pipis hingga umur hampir 3 tahun. Gapapa, kita nikmati saja perkembangan anak2 kita ya.

    BalasHapus
  16. Gimana kesiapan anak dan orangtua yaa.. kalau mau menerapkan toilet training.
    Soalnya aku dulu dari anak bayi uda dibantu sama neneknya anak-anak buat toilet training, meski katanya para pakar parenting, ini gak disarankan.

    Tapi begitu anak kedua, karena aku ngasuh sendiri, aku ngerasa gak siap kudu melatih TT sejak dini. Jadi, aku ikuti setiap fase usianya dan alhamdulillah, kalau uda anak kedua tuh biasanya uda ada contoh kakaknya. Jadi relatif lebih mudah.

    BalasHapus
  17. Anakku sendiri, itunganya cepet juga luh. Karena udah kebiasaan waktu Dia belum bisa jalan banget, udah terasa Dia mau pipis selalu aku gendong ke kamar mandi buat pipis. Jadi Dia umur 2 tahunan udah lepas popok juga

    BalasHapus
  18. Toilet training yg ga kalah penting adalah kesiapan mental ortunya. Anakku yg perempuan udah 2,5 th blm toilet training. Emaknya belum siap euy.. Padahal kakak2nya yg laki-laki umur segitu udah toilet training dan bahkan udah lulus.

    BalasHapus
  19. Alhamdulillah, anak-anak di rumah cepat banget toilet training ini. Bahkan yang anak ketiga, di usia 1 tahunan sudah ga mau pakai diapers, maunya lepas. Kalau mau BAK dia bilang dan benar-benar mengajak ke kamar mandi. Memangbutuh kesabaran dan disiplin orang tua ya

    BalasHapus
  20. Anakku yang gede lulus toilet training pas TK, soalnya waktu itu aku sibuk ngurus adik-adiknya. Untunglah walau tepat tapi tanpa drama

    BalasHapus
  21. Memang niih, paling deg-degan bepergian dengan anak yang lagi di fase toilet training tapi udah nggak mau pakai diapers. Pasti jadi bolak-balik nanya, "Kebelet nggak?".

    BalasHapus
  22. emang harus rutin ya biar anak terbiasa untuk buang air kecil atau besar ke toilet. karena aku juga melihat anak-anak yang gak dibiasain tuh akhirnya pakai pampers aja

    BalasHapus
  23. Salah satu tantangan yang cukup menegangkan, yaitu membiasakan anak buat pipis di toilet hihi. Jadi harus telaten dan sabar. Kalau sudah berhasil, duuuh nyaman banget, isi dompet bisa dialihkan untuk hal lain.

    BalasHapus
  24. Anak ke-2 ku sekrang sedang tahap toilet training... hehe..benar-benar menguras kesabaran diawal-awal masa belajarnya. Jadi diawal-awal saya harus fokus full sekitar 2 minggu untuk membiasakan. Kemudian setelah 2 mingguan baru anak sudah paham dan kalau masih ngompol2 kadang sudah bisa diarahkan dan gak seberapa sering

    BalasHapus
  25. Aku sendiri mulai toilet training anak-anak sejak mereka usia 2 tahun. Jadi ingat, kuncinya harus telaten dan sabar. Kalau kurang sabar dan telaten, anak sering ilfil, haduh ingat banget deh waktu itu...

    BalasHapus

Posting Komentar