“Semoga menjadi anak yang soleh atau solehah, di mudahkan rezekinya, bermanfaat bagi agama dan negara.”Ayah dan Bunda pasti sering kan mendengar doa seperti itu? Tentu saja doa itu baik dan semoga Allah ijabah. Apalagi setelah melahirkan aku juga sering mendapatkan doa yang kurang lebih seperti itu yang aku amiin-kan dan diam-diam berharap anakku menjadi anak yang sesuai harapan orang banyak.
Aqlan sendiri kami beri nama dengan maksud supaya Aqlan tumbuh menjadi anak yang bijaksana, punya pondasi agama yang kuat. Kami menaruh harapan kepada anak yang baru saja lahir.
Berganti status menjadi orang tua membuat kami merenung bahwa kami juga pernah menjadi anak sebelumnya dan saat masih kecil kami pun punya penilaian sendiri terhadap orang tua kami. Aku jadi berpikir mungkinkah aku menjadi orang tua dambaan bagi anak. Orang tua menginginkan anak yang baik, begitu juga dengan anak yang mendambakan orang tua yang baik.
Persiapan Menjadi Orang Tua
Pernikahan adalah hal sakral yang juga diatur oleh negara dalam undang-undang. Pernikahan bukan sarana untuk menyalurkan hawa nafsu semata, tapi untuk membentuk sebuah keluarga yang matang agar terlahir generasi penerus yang maju.Bayangkan Bunda, kesuksesan seorang anak itu dibentuk dari keluarga sebuah tatanan terkecil di lingkup masyarkat. Mau bahas apapun ujung-ujungnya yang dilihat adalah keluarga. Bagaimana mendidik anaknya, apakah pernikahan itu sendiri berjalan dengan lancar, kokoh atau penuh pertengkaran.
Membentuk keluarga itu tidak mudah, harus adanya pernikahan yang sah, sesuai syarat-syarat pernikahan. Hal ini sudah dibentuk dari masa sebelum pernikahan.
Persiapan yang dilakukan sebelum menikah termasuk ke dalam fisik, dengan olahraga yang cukup dan makan makanan bergizi. Kesiapan mental perlu dijaga agar semakin matang dengan perencanaan pernikahan dan selalu berserah kepada Yang Maha kuasa.
Siapkah menjadi orang tua? Apakah pertanyaan ini pernah terpikirkan ketika akan melakukan pernikahan? Kebanyakan dari kita proses ini mengalir begitu saja, menikah dan punya anak. Tidak heran banyak yang tiba-tiba kebingungan begitu anak lahir tanpa persiapan menjadi orang tua.
Gaya Pengasuhan Orang Tua
Perihal menjadi dambaan anak ada kaitannya dengan pola asuh kita. Anak itu sangat memperhatikan orang tuanya. Kalau orang tua mendidik anak dengan kebaikan hati, maka anak juga akan mengidolakan orang tua dan mencontohnya hingga kelak ia bercita-cita ingin menjadi orang tua seperti Ayah dan Bundanya.Begitu juga jika kita berperilaku tidak baik terhadap orang lain, anak juga akan melihat perbuatan kita dan membencinya atau malah ikut mencontohnya. Maka, aku sendiri juga ingin diidolakan anak sama seperti aku mengidolakan Mama sosok ibu yang sabar, kuat dan teguh pendirian serta ramah sama semua orang. Rasanya aku tidak bisa mencontoh Mama, tapi perbuatan Mama selalu jadi role model aku dalam mendidik anak.
Dari pola asuh ini aku belajar bagaimana cara berkomunikasi kepada pasangan, orang tua, kerabat dan masyarakat. Aku sangat hati-hati jika sedang kesal dengan pasangan. Aku berharap Aqlan pun sama akan meniru bagaimana cara kami berkomunikasi jika sedang di hadapkan pada masalah.
Bukan hal yang mudah, tapi kami selalu belajar dan berlatih untuk menjadi orang tua yang baik mesti tidak luput dari kesalahan, setidaknya Aqlan bisa mengambil yang baik dari kami.
Menjadi Orang Tua Dambaan Anak. Pola Asuh yang Seperti Apa?
Dilansir dari Modul untuk Fasilitator: Menjadi Orang Tua Dambaan Anak ada bermacam gaya pengasuhan orang tua yang berpengaruh pada penilaian anak apakah termasuk orang tua yang didambakan atau tidak.Simak yuk, kira-kira kamu termasuk yang mana?
1. Pengasuhan Otoriter
Pengasuhan ini mengedepankan disiplin yang tinggi namun kasih sayang yang rendah. Pengasuhan gaya ini sering melarang, memarahi atau mengancam anak sehingga anak bisa menjadi trauma bahkan menjadi berani melawan dan tidak mau mendengarkan apa yang orang tua katakan.“Awas kalau tidak mau makan nanti di suntik dokter!”
Adakah yang pernah berkata seperti ini pada anak? Tanpa disadari aku juga pernah kelepasan berbicara seperti itu pada anak dan aku menyesalinya.
Kalau sudah begitu, biasanya aku evaluasi apa sih yang membuat aku marah dan berkata seperti itu. Belajar mengelola emosi sadar diri kesabaranku setipis tisu ini harus bisa dikelola dengan baik.
Meskipun orang tua sibuk sebaiknya beri perhatian pada anak, jangan sampai anak merasa tidak disayang dan mencari perhatian di luar selain orang tuanya.
2. Pengasuhan yang Mengabaikan Anak
Pola pengasuhan ini menerapkan kasih sayang dan disiplin sama-sama rendah. Orang tua diam saja tidak melakukan pengarahan sehingga anak bingung harus mencontoh siapa dan bingung membedakan mana yang baik dan buruk.Meskipun orang tua sibuk sebaiknya beri perhatian pada anak, jangan sampai anak merasa tidak disayang dan mencari perhatian di luar selain orang tuanya.
3. Pengasuhan Permisif
Pengasuhan ini polanya berupa kasih sayang tinggi tapi disiplin rendah. Pola seperti ini terlalu memanjakan anak dengan mengikuti semua keinginannya. Kita memang sayang sama anak, apapun ingin kita berikan. Tapi, ingat lagi harus mendidik anak memiliki karakter yang baik.Memberikan semua yang anak inginkan tapi tidak mendidiknya menjadi karakter yang baik adalah kurang tepat.
Akibatnya anak sedikit-sedikit merengek apabila keinginannya tidak terpenuhi karena orang tua yang tidak menanamkan aturan mana yang baik dan buruk.
4. Pengasuhan Demokratis
Kasih sayang dan disiplin tinggi orang tua mengerti akan kebutuhan dan perasaan anak. Pola pengasuhan ini ada karena keluarga yang harmonis, kebersamaan bersama anggota keluarga merupakan hal yang penting.Orang tua meluangkan waktu untuk bermain bersama. Pagi hingga malam suami pulang kerja, pulangnya selalu bermain bersama Aqlan sebagai bentuk bonding agar Aqlan tetap merasakan kasih sayang dari Ayahnya.
Kesimpulan
Memiliki anak yang soleh dan solehah adalah harapan orang tua. Namun sering kali kita lupa untuk menjadi orang tua dambaan anak.
Bermacam-macam gaya pola asuh kita menjadi pelajaran untuk lebih baik lagi dalam mengasuh agar bisa menjadi orang tua dambaan anak. Aamiin yaa Rabbal 'alamiin.
Referensi:
https://www.batukarinfo.com/referensi/modul-untuk-fasilitator-menjadi-orang-tua-dambaan-anak-bagian-2-perkembangan-anak
Posting Komentar
Posting Komentar