Terlahir sebagai suku Sunda, sudah jelas kalau bahasa ibu pertama kali yang dikenalkan oleh orang tua adalah Bahasa Sunda. Bahasa terbanyak di Indonesia setelah Bahasa Jawa.
Bahasa Sunda digunakan oleh suku Sunda yang tinggal di Jawa Barat. Bahasanya beragam. Mulai dari halus, halus banget, sedang, kasar, dan kasar banget. Dialek tersebut juga biasanya sesuai dari daerah tempat tinggalnya.
Bahasa Sunda digunakan oleh suku Sunda yang tinggal di Jawa Barat. Bahasanya beragam. Mulai dari halus, halus banget, sedang, kasar, dan kasar banget. Dialek tersebut juga biasanya sesuai dari daerah tempat tinggalnya.
Bandung, Subang, Tasikmalaya, Sumedang, Cianjur dan Majalengka terkenal dengan Sunda halusnya. Kalau Karawang termasuk Sunda kasar.
Halus dan kasar juga tergantung dengan siapa kita berbicara. Kosakata kasar dianggap “wajar” jika sudah kenal dekat dengan orang tersebut. Sudah "bestie"-lah gitu yaa, hehe.
Aku sangat bangga berasal dari daerah sunda dan menggunakan Bahasa Sunda. Meski sehari-hari waktu kecil menggunakan Bahasa Sunda, pelajaran Bahasa Sunda tetap jadi pelajaran yang begitu sulit untukku.
Ya, tidak beda jauh dengan Bahasa Indonesia, tata bahasa menjadi sulit dipelajari dibandingkan ketika kita berbicara Bahasa Indonesia dengan fasih. Begitu juga dengan Bahasa Inggris yang bisa kita ucapkan apa saja jika lawan bicara kita mengerti, tapi lain halnya jika kita belajar grammar.
Dalam pelajaran Bahasa Sunda, banyak makna dan istilah yang sulit dipahami. Sayangnya, bahasa Sunda sekarang sudah hampir tergerus oleh budaya luar. Anak kecil sekarang lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia didalam lingkungannya daripada Bahasa Sunda.
Aku sendiri mungkin termasuk ke dalam salah satunya. Dilingkungan tempat tinggalku, aku menggunakan Bahasa Sunda sunda dari kecil. Namun, karena lingkungan Sekolah Dasar (SD) kebanyakan orang rantau (kebanyakan bukan asli suku Sunda) jadi, bahasa di lingkungan SD berbahasa Indonesia ketika mengobrol dengan teman, karena kebanyakan tidak mengerti Bahasa Sunda.
Dari situ, aku mulai terbawa menggunakan Bahasa Sunda sunda hingga ke jenjang perguruan tinggi. Meski teman sekolahku mengerti Bahasa Sunda, aku tetap menggunakan Bahasa Indonesia di lingkungan sekolah tidak peduli lawan bicaraku dari suku Sunda atau bukan.
Kebiasaan ini terbawa hingga memasuki dunia kampus. Ketika menjadi mahasiswa aku aktif di organisasi primoridial (organisasi daerah), dimana organisasi kumpulan mahasiswa yang berasal dari Karawang. Dampaknya, aku menjadi “kagok” untuk berbicara Sunda dengan orang yang baru aku kenal. Rasanya aneh. Lain halnya jika aku sudah kenal lama dengan orang tersebut dan aku menggunakan Bahasa Sunda, nyaman-nyaman saja.
Karena jarang menggunakan Bahasa Sunda tersebut, kesan yang ditimbulkan oleh teman kelasku di kampus adalah bahwa aku bukan seperti orang Sunda. Katanya dialek Sundaku tidak seperti orang Sunda pada umumnya.
Makanya, aku sempat bingung juga dengan mengenalkan Bahasa Sunda kepada Aqlan. Karena Aqlan tinggal di lingkungan dengan Bahasa Sunda yang kasar. Sedangkan, jika di lingkungan keluarga Mama di Subang, itu menggunakan Bahasa Sunda halus yang mendayu.
Halus dan kasar juga tergantung dengan siapa kita berbicara. Kosakata kasar dianggap “wajar” jika sudah kenal dekat dengan orang tersebut. Sudah "bestie"-lah gitu yaa, hehe.
Kalau halus yang biasanya dipakai dalam buku pelajaran termasuk “formal”. Wah menarik ya, apalagi di kotaku di Karawang sendiri juga penggunaannya berbeda tergantung daerahnya. Yuk, baca lebih lanjut keunikan dan pengalamanku menggunakan Bahasa bahasa Sunda sunda.
Keunikan Bahasa Sunda adalah salah satunya sekilas mirip bahasa asing seperti Korea dan Jepang. Banyak yang memparodikan bahasa sunda yang mirip Korea, sampai banyak yang viral dan diundang untuk menjadi bintang tamu di acara variety show.
Tapi, yang menurutku paling mirip dan yang aku suka adalah Dialek dari Stand Up Comedy Dzawin. Meski satu kampus dengannya, tapi aku juga gak kenal secara pribadi sih, hanya pernah lihat dia lewat aja disekitaran kampus, hehe (oke, skip).
Kalian bisa lihat kelucuannya di YouTube, mirip orang Korea dan kocak banget. Bahasa Sunda mirip dengan Bahasa Korea karena pada penggunaan vokal eu, misalnya:
Untuk panggilan Bapak dan Ibu juga mirip. Dalam korea Appa dan Eomma, sedangkan dalam Bahasa Sunda Apa dan Emak. Dialeknya juga mirip mendayu dan berirama.
Ada juga nama-nama keturunan Sunda dan Jepang. Meski ini hanya "pelesetan" tapi beneran mirip loh, hehe. Seperti berikut:
Bahasa Sunda lebih simple daripada Bahasa Inggris. Ini contohnya:
Bahasa Inggris - Bahasa Indoensia -Bahasa Sunda
Berbeda dengan bahasa daerah yang lain, Bahasa Sunda punya imbuhan yang nempel banget meskipun kita sedang menggunakan Bahasa Indonesia. Seperti susah lepas, hehe. Yaitu imbuhan mah, atuh, da, teh, euy, sok, tah.
Juga kata penyambung dari kosa kata Bahasa Sunda, misalkan kata Geulis (cantik) menjadi Gumelis (kecantikan), kata Sono (rindu) menjadi Mikasono (kerinduan) - kosa kata bisa di tambahkan antara gu dan mi.
Selain itu, ada juga kata penyambung untuk objek tempat yang diawali dengan pa/ka dan di akhiri dengan an misalkan kandang (tempat) menjadi Pakandangan.
Juga kosa kata yang diucapkan untuk banyak orang, misalkan Riweuh (ribet) menjadi Rariweuh (pada ribet), disini kosa kata Bahasa Sunda bisa di tambahkan huruf ra atau la.
Keunikan Bahasa Sunda
Bahasa Sunda mempunyai banyak keunikan. Salah satunya adalah kosakata dan cara penggunaannya terhadap lawan bicara. Dialek setiap daerah juga berbeda.
1. Mirip Bahasa Asing
Keunikan Bahasa Sunda adalah salah satunya sekilas mirip bahasa asing seperti Korea dan Jepang. Banyak yang memparodikan bahasa sunda yang mirip Korea, sampai banyak yang viral dan diundang untuk menjadi bintang tamu di acara variety show.
Tapi, yang menurutku paling mirip dan yang aku suka adalah Dialek dari Stand Up Comedy Dzawin. Meski satu kampus dengannya, tapi aku juga gak kenal secara pribadi sih, hanya pernah lihat dia lewat aja disekitaran kampus, hehe (oke, skip).
Kalian bisa lihat kelucuannya di YouTube, mirip orang Korea dan kocak banget. Bahasa Sunda mirip dengan Bahasa Korea karena pada penggunaan vokal eu, misalnya:
- Nendeun: menyimpan
- Hampuraeun: harap maklum
- Haneuteun: hangat suasananya
- Sarangeuk: malas beraktivitas sama sekali
- Sareukseuk: tidak sedap dipandang
Untuk panggilan Bapak dan Ibu juga mirip. Dalam korea Appa dan Eomma, sedangkan dalam Bahasa Sunda Apa dan Emak. Dialeknya juga mirip mendayu dan berirama.
Ada juga nama-nama keturunan Sunda dan Jepang. Meski ini hanya "pelesetan" tapi beneran mirip loh, hehe. Seperti berikut:
- Taramahi Sateko: peminum berat
- Katara Igana: orang yang mengabaikan makan hingga kurus
- Kokoro Sakurata: orang yang miskin sekali
- Sayuri Sugitani: petani yang makmur
- Kamisuka Sato: orang yang senang memelihara hewan
2. Bahasa yang Simple
Bukan hanya orangnya yang lucu, tapi Bahasa Sunda juga lucu loh guys. Lihat aja, komedian kebanyakan dari Sunda kan? Seperti Kang Sule, Kang Maman, dan lain sebagainya. Termasuk @putihabu-abu yang membuat bahasa sunda jadi lebih simpel dan menarik.Bahasa Sunda lebih simple daripada Bahasa Inggris. Ini contohnya:
Bahasa Inggris - Bahasa Indoensia -Bahasa Sunda
- Please go - silahkan pergi - jung!
- Run very fast - Lari secepat kilat - sakolebat
- Don’t go anyway - Jangan pergi kemana-mana - cicing
- Please - Silahkan - Heg
- Fall on the wet floor - jatuh karena lantai licin - tikosewad
- Secabies skin desease - penyakit kulit yang menyebabkan gatal - budug
- Dazzled by the soon - Silau karena terik sinar matahari - Serab
- Begin the game - pertandingan dimulai - der
3. Sesuai Konteksnya
Bahasa Sunda arti dari "jatuh" aja bisa banyak banget bahasanya, tergantung dari situasi bagaimana kita terjatuh. Perhatikan gambar berikut:Sumber: Quora.id |
4. Imbuhan yang Berbeda
Berbeda dengan bahasa daerah yang lain, Bahasa Sunda punya imbuhan yang nempel banget meskipun kita sedang menggunakan Bahasa Indonesia. Seperti susah lepas, hehe. Yaitu imbuhan mah, atuh, da, teh, euy, sok, tah.
Juga kata penyambung dari kosa kata Bahasa Sunda, misalkan kata Geulis (cantik) menjadi Gumelis (kecantikan), kata Sono (rindu) menjadi Mikasono (kerinduan) - kosa kata bisa di tambahkan antara gu dan mi.
Selain itu, ada juga kata penyambung untuk objek tempat yang diawali dengan pa/ka dan di akhiri dengan an misalkan kandang (tempat) menjadi Pakandangan.
Juga kosa kata yang diucapkan untuk banyak orang, misalkan Riweuh (ribet) menjadi Rariweuh (pada ribet), disini kosa kata Bahasa Sunda bisa di tambahkan huruf ra atau la.
5. Bahasa yang Greget
Konten @budaksunda.merch juga turut menghiasi kemeriahan Bahasa Sunda. Konten-kontennya selalu menghibur dan inspiratif.- Seberapa greget didinya jadi urang sunda? Kamari indung urang kena serangan jantung, jantungna urang serang balik. (Seberapa greget kamu jadi orang sunda? Kemarin ibuku kena serangan jantung, jantungnya aku serang balik).
- Sabaraha greget didinya jadi urang Sunda? Kamari urang meuli endog kulub, endogna ku urang di dahar, emang-emangna ku urang di kulub. (Seberapa greget kamu jadi orang Sunda? Kemarin aku beli telur rebus, telurnya aku makan, penjualnya aku rebus).
- Seberapa greget didinya jadi urang Sunda? Kamari urang ngagoreng lauk, pake minyak nyongnyong. (Seberapa greget kamu jadi orang Sunda? Kemarin aku menggoreng ikan, pakai minyak nyongnyong).
6. Tidak bisa Bilang “F”
Ini yang paling dikenal oleh banyak orang kalau katanya orang Sunda itu tidak bisa bilang huruf "f". Tapi, ini fakta menarik juga sih karena memang di keluarga juga banyak yang tidak bisa menggunakan huruf "f".Karena dalam Aksara Sunda tidak ada konsonan huruf "f dan v". Penggantinya dalah huruf "p". seperti fitnah jadi pitnah, volly jadi polly.
Biasanya banyak dilafalkan oleh orang tua jaman dulu. Mungkin karena sudah kebiasaan juga ya, jadi susah lepas. Meski begitu, tidak semua orang sunda juga yang tidak bisa. Aku masih bisa kok, hehe.
Biasanya banyak dilafalkan oleh orang tua jaman dulu. Mungkin karena sudah kebiasaan juga ya, jadi susah lepas. Meski begitu, tidak semua orang sunda juga yang tidak bisa. Aku masih bisa kok, hehe.
Pengalaman Menggunakan Bahasa Sunda
Aku sangat bangga berasal dari daerah sunda dan menggunakan Bahasa Sunda. Meski sehari-hari waktu kecil menggunakan Bahasa Sunda, pelajaran Bahasa Sunda tetap jadi pelajaran yang begitu sulit untukku.
Ya, tidak beda jauh dengan Bahasa Indonesia, tata bahasa menjadi sulit dipelajari dibandingkan ketika kita berbicara Bahasa Indonesia dengan fasih. Begitu juga dengan Bahasa Inggris yang bisa kita ucapkan apa saja jika lawan bicara kita mengerti, tapi lain halnya jika kita belajar grammar.
Dalam pelajaran Bahasa Sunda, banyak makna dan istilah yang sulit dipahami. Sayangnya, bahasa Sunda sekarang sudah hampir tergerus oleh budaya luar. Anak kecil sekarang lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia didalam lingkungannya daripada Bahasa Sunda.
Aku sendiri mungkin termasuk ke dalam salah satunya. Dilingkungan tempat tinggalku, aku menggunakan Bahasa Sunda sunda dari kecil. Namun, karena lingkungan Sekolah Dasar (SD) kebanyakan orang rantau (kebanyakan bukan asli suku Sunda) jadi, bahasa di lingkungan SD berbahasa Indonesia ketika mengobrol dengan teman, karena kebanyakan tidak mengerti Bahasa Sunda.
Dari situ, aku mulai terbawa menggunakan Bahasa Sunda sunda hingga ke jenjang perguruan tinggi. Meski teman sekolahku mengerti Bahasa Sunda, aku tetap menggunakan Bahasa Indonesia di lingkungan sekolah tidak peduli lawan bicaraku dari suku Sunda atau bukan.
Kebiasaan ini terbawa hingga memasuki dunia kampus. Ketika menjadi mahasiswa aku aktif di organisasi primoridial (organisasi daerah), dimana organisasi kumpulan mahasiswa yang berasal dari Karawang. Dampaknya, aku menjadi “kagok” untuk berbicara Sunda dengan orang yang baru aku kenal. Rasanya aneh. Lain halnya jika aku sudah kenal lama dengan orang tersebut dan aku menggunakan Bahasa Sunda, nyaman-nyaman saja.
Karena jarang menggunakan Bahasa Sunda tersebut, kesan yang ditimbulkan oleh teman kelasku di kampus adalah bahwa aku bukan seperti orang Sunda. Katanya dialek Sundaku tidak seperti orang Sunda pada umumnya.
Bahkan seringkali dibilang sombong karena tidak mau menggunakan bahasa daerahnya. Menurutku gak ada hubungannya kesombongan dengan bahasa daerah. Ini soal kenyamanan saja, aku tidak mau meninggalkan kesan tidak sopan hanya karena salah berbicara dengan lawan bicara.
Itulah uniknya adat Sunda. Meski sama-sama sunda, banyak kebiasaan kami yang berbeda. Aku sempat mengalami culture shock ketika sudah menikah. Meski Bahasa Sunda yang kugunakan tidak terlalu halus, tapi masih banyak yang menggunakannya dalam sehari-hari.
Aku kaget sekali ketika di lingkungan suami Bahasa Sundanya lebih kasar dari yang aku gunakan dan itu umum digunakan kepada yang lebih tua. Sehingga aku lebih baik memilih berbicara dengan Bahasa Indonesia karena aku merasa tidak sopan jika menggunakan Bahasa Sunda di lingkungan tersebut.
Culture Shock: Bahasa Sunda Setiap Daerah Berbeda
Penggunaan Bahasa Sunda untuk diri sendiri dan orang lain berbeda. Kepada yang muda dan lebih tua juga berbeda. Dalam Bahasa Sunda ada bahasa halus dan kasar. Contohnya;
Lemes pisan (halus sekali) - Lemes (halus) - Sedeng - Loma (kasar) - Arti
- rawuh - sumping - dongkap - datang - datang
- ngadawuh - sasauran - nyanggem - ngomong - berkata
- nimbalan - miwarang - ngajurungan - nitah menyuruh
- garwa - geureuha - bojo - pamajikan - istri
- ngasta - nyandak, ngajayak - ngabantun - mawa - membawa
Aku kaget sekali ketika di lingkungan suami Bahasa Sundanya lebih kasar dari yang aku gunakan dan itu umum digunakan kepada yang lebih tua. Sehingga aku lebih baik memilih berbicara dengan Bahasa Indonesia karena aku merasa tidak sopan jika menggunakan Bahasa Sunda di lingkungan tersebut.
Makanya, aku sempat bingung juga dengan mengenalkan Bahasa Sunda kepada Aqlan. Karena Aqlan tinggal di lingkungan dengan Bahasa Sunda yang kasar. Sedangkan, jika di lingkungan keluarga Mama di Subang, itu menggunakan Bahasa Sunda halus yang mendayu.
Yang aku khawatirkan ketika sedang berkunjung ke Subang, Aqlan terbiasa dengan Bahasa Sunda yang kasar sehingga meninggalkan kesan yang tidak sopan. Tapi, aku berharap ketika dewasa nanti Aqlan bisa menyesuaikan penggunaan Bahasa Sunda halus dan kasar.
Kesimpulan
Bahasa Sunda adalah bahasa ibu pertama yang dikenalkan kepadaku. Aku bangga bisa berbahasa Sunda dengan segala ragam dan keunikannya.Semoga Bahasa Sunda semakin lestari dengan kearifan lokalnya. Semakin banyak anak muda yang menggunakan dan mempelajarinya.
Sumber:
https://id.quora.com/Apa-keunikan-bahasa-Sunda-menurutmu
Sumber:
https://id.quora.com/Apa-keunikan-bahasa-Sunda-menurutmu
https://profilbaru.com/Tata_bahasa_Sunda
Ya ampun, greget banget ya bahasanya 🤣. Aku punya temen orang Sunda juga emang pada susah2 bilang F, mba. Faktor kebiasaan kali ya. 😂
BalasHapushaha iya emang masih banyak susah hilang udah melekat dari sananya, hehe.
HapusBahasa sunda itu luas juga ya mba, pengalaman kuliah selama 4 tahun di Bandung saya malah campur2 kosa katanya belajar dari teman2, ada yang halus pisan sampe yang kasar juga ada, sekarang yg masih ingat cuman kosa kata sederha dan kata imbuhan aja kayaknya hehehe
BalasHapusTypo : sederhana 😆
HapusWah kuliah di Bandung, sedikit banyak tahu bahasa sunda ya mbak. Jangan diikutin yg kasarnya ya mbak, hehe.
HapusItu satu lagi yang artinya jatuh "tisusut" belum haha
BalasHapusWalau bukan asli banget orang Sunda tapi karena lahir dan besar di tatar sunda, alhasil logatku ini bisa dibilang 100% sunda haha. Ngomong bahasa lain juga logatnya sunda, etdaaah (apapun bahasanya, logatnya tetep sunda)
Semoga anak-anak mudanya mau belajar basa Sunda yang beneran Sunda ya, jangan sampe taunya yang dipleset-plesetin itu (aka aing, etc). Sedih basa Sunda adalah salah satu bahasa yang hampir "punah".
Wah aku gak tau tuh mbak "tisusut", hehe. Sunda pisan euyy ternyata mbak. Iya udah mulai jarang digunakan sekarang sama anak muda, hiks.
HapusDulu pernah cukup lama di Jabar, dan kalau ke kampung2 kenalan sama orang-orang dengan opening : abdi ti Jawa, abdi teu tiasa nyarios Sunda hehehe.
BalasHapusNya, saeutik-saeutik mah tiasa hehehe. Tapi tetap saja, eu-nya tak bisa bohong, ketika berusaha berkata-kata dengan bahasa Sunda, eu-nya goreng pisan. Aku suka logat Sunda yang khas sekali.
Oh ya, yang sedikit aku tahu, beberapa kosakata bahasa Sunda dan Bahasa Jawa "tertukar" (atau ditukar?" dalam hal tingkatan kehalusan. Di antaranya dahar (makan) yg kasar di Sunda sementara itu halus di Jawa. Unik ya....bisa begitu.
Udah warning duluan ya mbak bilang teu tiasa nyarios sunda, hehe. Logat sunda yang lembut memang khas banget. Nah, itu dia aku juga gak tau kenapa bisa gitu yaa mungkin ada sejarahnya, heu.
HapusAku sebenarnya suka dengar orang bahasa Sunda. Tapi karena aku besarnya di Medan jadi ga ngerti mereka ngomong apa. Nah aku kepo kalau pelajaran bahasa sunda itu sulit. Apalagi bagi kami yang pendatang ini
BalasHapusMakanya aku pasrah aja kalau anakku ada ujian bahasa sunda di sekolah. Karena aku ga bisa sama sekali, xixixi.
Hihi minta diajarkan ke orang tua murid yang lain aja mbak. Lama-lama nanti bisa mbak Bahasa Sunda, hehe.
HapusWih keren, kalau ketemu lagi minta foto dong kak, sama Bang Dzawin..ehehe
BalasHapusBahasa Sunda itu yang kerennya berirama, dan lembut banget. Orang Sunda pas marah, bagi saya itu gak berasa kaya dimarahin. Lucu juga dengar mereka bilang kata-kata yang ada huruf Fnya, malah jadinya P..wkwkw..
wkwkwk udah lama gak ke kampus kak, udah 7 tahun yang lalu lulus, hehe. Iya orang sunda kalau marah gak keliatan kaya yang marah, makanya gak ada yang takut, wkwk.
HapusBahasa Sunda itu memang simpel sih, tapi banget yang ngerti, kalau sama orang luar, jadinya gak simpel juga :D
BalasHapuswkwkwk simple bagi yang mengerti ya kak, hehe.
HapusKarena pada dasarnya zaman dahulu banyak orang-orang yang bermigrasi ke berbagai daerah di dunia, sehingga kemiripan bahasa itu terjadi. Dan sebagai orang SUnda saya bangga dengan bahasa Sunda yang menjadi salahs atu khasanah budaya Indonesia
BalasHapusNah iya mungkin gara-gara itu ya kak, soalnya kaya yang mirip gitu.
Hapus