Menanggapi sebuah cuitan dalam twitter yang sempat ramai diperbincangkan, menarik perhatianku untuk membahasnya. Cuitan dari pemilik akun @Greschinov sempat memantik warga twitter untuk saling membalas cuitannya.
Pasalnya, Erlangga Greschinov belum menikah dan dinilai netizen tidak sebagai proporsinya untuk berkomentar karena belum pernah mengalami pernikahan.
Gak masalah sebetulnya berkomentar tanpa mengalami, dokter saja mengobati tanpa merasakan penyakitnya dulu kan? Tapi, ternyata cuitan tersebut cukup ramai diperbincangkan karena banyak yang tidak setuju.
Tertulis dalam akunnya, “Aku melihat pernikahan itu komposisi cintanya cuma 10%, 90%-nya adalah komitmen, kerja sama, ibadah kepada Allah, ekonomi, kompromi, prinsip, cara berpikir, dan hubungan dengan keluarga besar. Nikah cuma modal cinta & bucin-bucinan niscaya bakal celaka di tengah jalannya.”
Ada juga yang membalas dengan guyonan, "Komposisi cinta 10%, sisanya nanya handuk disimpan di mana?". Atau "Komposisi cinta 10%, sisanya nanya gunting kuku di mana?".
Biasanya sih gitu ya, karena udah terbiasa bersama jadi saling mengandalkan yang bisa jadi bahan bercanda atau justru malah ke-trigger emosi dari hal-hal yang kecil.
Bagaimana komposisi cinta seharusnya dalam pernikahan? Apakah 10% terlalu sedikit? Kita bahas cinta dulu itu apa yaa.Definisi Cinta Versi Saya
Mendadak bingung kalau ditanya cinta itu apa. Menurutmu gimana? Loh, malah nanya balik, hehe. Soalnya cinta menurutku bisa banyak definisi tergantung dari apa yang seseorang sedang rasakan dan ditunjukkan kepada siapa cinta tersebut.
Karena cinta kan bisa terhadap pasangan, teman, kerabat, orang tua, mertua, lebih luas lagi kepada hewan dan semua makhluk hidup yang ada di bumi. Tapi, tentunya yang aku bahas cinta terhadap pasangan sesuai judulnya dalam konsep pernikahan.
Menurut pakar psikologi Zick Rubin,
Cinta merupakan sebuah emosi yang terbentuk dari tiga perasaan yaitu perhatian, kasih sayang dan keintiman.
Aku setuju dan menurutku cinta itu ada ketertarikan kepada lawan jenis. Ada rasa ingin bertemu terus, merasa bahagia ada di dekatnya dan jadi deg-degan. Absurd banget ya? Tapi, itulah yang aku alami, hehe.
Jadi flashback, saat bertemu suamiku. Pada saat itu sedang meeting sebuah organisasi, ternyata diam-diam saling curi pandang dan merasa senang jika bisa ketemu setiap hari. Sayangnya, rapat tidak setiap hari dan jadi rindu menunggu jadwalnya rapat tiba agar bisa berjumpa lagi.
Gak tau apakah itu perasaan cinta atau hanya kagum semata, tapi rasa senang sampai pipi memerah dengan sendirinya. Ada rasa ingin memiliki agar bisa bertemu setiap hari.
Ternyata perasaan yang sama dialami suamiku. Memperhatikan dalam diam ternyata membuatnya yakin untuk menikah denganku.
Tapi, apakah “modal cinta" seperti itu adalah alasan untuk laki-laki dan perempuan menikah? Aku dan kamu saling menyukai, lalu kita menikah, apakah itu sudah cukup? Apakah jika pasangan berubah menyakiti akan masih cinta?
Nah, kalau seperti itu berarti cinta juga tergantung pada kondisi seseorang. Bukan orang yang saling mencintai yang menyakiti, mungkin orang yang "pernah cinta".
Aku dan suami menikah tidak hanya bermodal cinta saja, tentu harus modal uang untuk menjamu para keluarga yang datang, hehe. Meski cinta juga sangat penting. Maksudku banyak yang dibahas ketika kami akan menikah.
Kami menyamakan visi dan misi, pandangan kami tentang pernikahan, karir, finansial, keluarga, pindidikan dan rencana kami di masa depan. Agar ketika saat dalam pernikahan kami mengalami masalah setidaknya kami sudah punya pondasi untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Dalam masalah itulah modal cinta itu penting. Gimana mau menyelesaikan masalah kalau tidak cinta? Pertengkaran itu pasti ada, apalagi jika pasangan mengalami Quiet Quitting dalam pernikahan. Yang terpenting tidak ada niatan untuk saling meninggalkan.
Dalam diskusi tersebut juga tidak mudah, ada perbedaan pendapat. Diskusi seperti ini penting dilakukan agar kita tahu apa saja yang diinginkan dari pasangan. Dan tahu kebutuhannya masing-masing termasuk komposisi lain dalam pernikahan.
Komposisi Lain dalam Pernikahan
Suamiku pernah bilang semakin lama pernikahan, justru yang paling banyak itu tentang rasa sayang dan tanggung jawab. Dia menamakan perbedaan tersebut dengan care dan love. Bahwa posisi care ada di atas love. Karena definisinya lebih luas lagi. Dan care sudah pasti mencakup love.
Karena sudah terbiasa bersama, rasa sayang itu semakin tumbuh. Aku setuju sih, tapi cinta juga peru dirawat meski sudah menikah lama. Cinta harus selalu tumbuh berapapun usia pernikahannya.
Meski tidak melebihi 50% aku tidak setuju kalau komposisi cinta dalam pernikahan hanya 10%. Karena tanpa cinta, sebuah pernikahan tidak akan berjalan meski komposisi yang lain berjalan dengan lancar.
Komposisi yang lainnya adalah tanggung jawab, masalah finasial, kompromi dan lain sebagainya. Menikah bukan hanya penggugur kewajiban saja. Tugasku sebagai istri dan kamu sebagai suami, tidak hanya soal itu harus ada cinta di dalamnya.
Dengan cinta kita bisa mendidik anak dengan baik. Bayangkan jika di rumah tidak ada cinta atau hanya 10% saja, bagaimana anak akan merasa di sayang kalau cinta orang tuanya saja kurang.
Orang tua adalah role model bagi anak. Tempat anak merasa diinginkan dan disayang. Orang tua yang bahagia karena cinta lebih mudah mendidik anaknya. Suami yang cerdas bisa bantu menyeimbangkan keadaan tersebut.
Sepenting itu cinta dalam pernikahan. Tanpa cinta meski finance lancar, juga tetap tidak bisa jalan. Begitu sebaliknya jadi porsinya harus seimbang.
Seberapa Penting Cinta dalam Pernikahan?
Cinta dalam pernikahan penting sekali. Kalian pernah denger gak sih “jangan cuman modal cinta doang”, menurut suamiku kalimat tersebut hanya berlaku bagi orang yang pesimis terhadap pasangan.
Justru bagi suami hubungan itu harus bermodal cinta. Dari sudut pandangnya sebagai laki-laki yang mencari nafkah justru harus dengan cinta, bukan terpaksa.
Modal cinta adalah dasar gerak bagi laki-laki untuk membahagiakan pasangannya. Jika tidak ada cinta dalam rumah tangga, maka keduanya tidak akan lagi tidak sejalan. Mencari nafkah jadi terpaksa karena tidak cinta.
Jika tidak cinta maka komposisi yang lain tidak akan terbangun. Ngapain terbuka orang gak cinta? Ngapain terbuka sama orang yang gak cinta?
Meskipun cinta doang tidak cukup, tapi 10% terlalu kecil seolah mengkreditkan arti cinta tersebut. Ngapain mau mendengarkan orang yang gak cinta. Iya gak?
Nah, berarti tinggal kita buat berapa persen cinta itu penting dalam pernikahan. Cinta masih penting meski bentuk cinta setiap pasangan berbeda.
Kalau aku termasuk physical touch sama pasangan. Mesti ada sentuhan, kalau nggak, aku merasa tidak dicintai, hiks. Tapi, untungnya pasangan pun sama jadi gak perlu effort terhadap kebutuhan cinta tersebut.
Hidup bersama dengan pasangan juga pasti ada rasa bosan dan jenuh. Jenuh bukan karena orangnya, tapi karena rutinitas yang monoton. Karena urusan rumah tangga kan gitu-gitu aja ya? Penting banget cinta diupayakan untuk menjaga romantisme agar tidak jenuh atau bosan.
Cinta juga bisa bertumbuh dan berubah. Makanya penting untuk punya goals bersama. Goalsnya bisa berupa ingin punya anak, punya tabungan, punya rumah, dan lain-lain, sehingga berjuang bersama untuk mendapatkan itu.
Se-sederhana kita ingin liburan bareng. Aku dan suami berencana ingin liburan ke kota tertentu. Jadi euforia untuk nabung itu bikin kita jadi saling penasaran. Sama-sama nonton drama korea bersama, biar ada bahan yang bisa kami bahas bersama.
Cinta juga perlu diusahakan. Salah satunya dengan mengikuti apa yang pasangan suka. Gak harus detail yang penting kita bisa memahami apa yang pasangan suka.
Carilah pasangan yang bisa membuat tumbuh bersama. Yang tadinya skill kita cuman 5 meningkat jadi 8 misalkan. Cinta tersebut bikin kita lebih mengenal diri sendiri dan membuat kita jauh lebih baik.
Kesimpulan
Cinta itu sangat penting dalam dunia pernikahan. Cinta juga perlu diupayakan agar romantisme selalu terjaga dan tidak mudah jenuh.
Menurutku 40% komposisi cinta cukup dalam pernikahan. Sisanya komposisi yang lain. Kalau kamu berapa persen kamu menempatkan komposisi cinta dalam pernikahan?
Ngomongin cinta selalu menajdi hal menarik, ngomongin oernikahan memang semakin komplek dan terbagi prosentase2 cinta itu.
BalasHapusBener pak, banyak yang bisa dibahas.
HapusMakasih insight nya Mba, tadinya aku kira porsi 10% cinta itu cukup. Tapi setelah baca jadi dapet insight baru.
BalasHapusSama-sama mbak. Tiap orang porsi cintanya beda-beda, hehe.
HapusAku malah pemilik paham bahwa pernikahan harus modak cinta ya. Mengenai proporsinya aku nggak terlalu pushing hehe. Tapi cinta dalam pernikahan adalah segalanya. Karena cinta yang membuat hubungan pernikahan yang (tampak ya) monoton dan itu-itu aja jadi sesuatu yang punya value yang maha
BalasHapusdahsyat.
Cinta memang menjadi modal penting dalam memulai hubungan pernikahan tapi bukan segalanya karena cinta saja tidak cukup untuk membantu mengiringi kehidupan pernikahan yang luar biasa ujiannya. Saya saja memasuki usia pernikahan 21 tahun kadang harus melalui berbagai ujian dan fase naik turun meskipun untuk beberapa kasus kami sudah mencapai titik keseimbangan alias 50:50 dan saling memahami.
BalasHapusKalau menurut saya mungkin persentasi komposisi cinta itu dipengaruhi juga oleh usia pernikahan. Di awal-awal mungkin cinta mendominasi. Namun, seiring bertambahnya waktu komitmenlah yang terdepan.
BalasHapusMasyaallah ilmu banget buat saya yang masih berstatus jofisa ini, Mba. Persen yang harus bisa diseimbangkan, ya, Mba. Karena dalam pernikahan banyak persenan lain yang membersamai persen sang cinta.
BalasHapusDalam pernikahan aku tidak pernah memikirkan prosentasenya tapi yang paling penting pasangan bertanggung jawab atas hidup kita dan anak-anak, jika sudah betanggung jawab pasti akan ada cinta, kesetiaan, dan kebahagiaan.
BalasHapusbuatku pernikahan adalah perjalanan panjang, agar awet diperlukan cinta, kerjasama dan komunikasi yang baik
BalasHapusMbakkk, makasih insight nya.
BalasHapusAwalnya aku kira yaaa cinta dlm pernikahan apakah bener ada ? Lebih ke tanggung jawab aja ga sih? Oh ternyata memang pernikahan harus merawat cinta jugaa
Niat menikah karena Allah, ibadah sepanjang sisa hidup kita. Cinta pada pasangan, menjaga pasangan lahir dan batin karena Allah yang menyuruh kita
BalasHapusmenurut saya meskipun hanya 10% tetap bisa langgeng, tergantung niat yang menjalaninya saja. apalagi kalau sudah ada keturunan / anak, maka tali pernikahan akan lebih erat
BalasHapus