Sebagai ibu baru, banyak merasakan hal yang tak sejalan dengan apa yang dipelajari. Banyak menerima nasehat dari orang sekitar yang menganggap ibu baru tidak tahu apa-apa atau minim pengalaman. Meski baru pertama kali merawat anak, tentu kita tidak diam saja. Kita banyak mencari tahu bagaimana caranya. Apalagi seiring berkembangnya teknologi dan informasi, banyak aplikasi dan media sosial yang memberi informasi seputar ibu dan bayi. Bahkan ada komunitasnya.
Tapi, meski banyak informasi yang masuk, kita harus pandai menyaringnya. Sesuaikan dengan kondisi kita dan anak. Karena setiap anak mempunyai kebutuhan yang berbeda. Bukan berarti pola pengasuhan zaman dulu salah. Ada benarnya, namun ada juga yang keliru yang tak sesuai dengan keadaan sekarang. Baik yang dulu atau sekarang, sebaiknya kita bijak untuk mempelajarinya. Sudah sesuai atau bermanfaat tidak dengan keadaan kita. Jika tidak, tentu kita tidak pakai lagi bukan.
Begitu juga denganku, yang merawat anak berdasarkan pola pengasuhan yang Mama berikan kepadaku ketika aku kecil dulu dan apa yang aku pelajari sekarang. Yang sesuai aku terapkan juga untuk Aqlan, tapi yang tidak sesuai tidak aku terapkan. Ini bukan perihal benar atau salah. Tapi sesuai atau tidak. Karena bagaimanapun kita yang sekarang adalah hasil pola asuh ibu dizamannya. Semua ibu hebat. Yuk kita intip apa saja yang keliru dan yang bisa kita benahi polanya dari sekarang.
1. Membentuk Mental Pengemis
Sering banget kan ketika sedang kumpul bersama keluarga besar kita dengar kata-kata seperti, "gih sana kalau mau jajan minta uang sama nenek atau kakek ya". Jadinya anak kan terbiasa meminta setiap kali ingin menginginkan sesuatu. Anak merasa tidak perlu berusaha ketika ingin mendapatkan sesuatu. Tinggal minta, dikasih dan beres. Padahal hidup itu butuh perjuangan, butuh usaha untuk mendapatkannya. Bukan hanya tinggal enaknya saja. Ini tidak mendidik ketika anak dewasa nanti.
Kenapa tidak kita ajarkan prinsip "memberi". Seperti yang diajarkan Rasul tentang bersedekah. Seharusnya jadi "nih kasih ya buat kakek atau nenek". Dengan begitu kita mengajarkan sikap peduli kepada orang lain. Ketika dewasa dia melihat orang yang membutuhkan pertolongan, dengan sukarela dia akan sigap membantu.
2. Menyalahkan Sesuatu
Ketika anak sedang merangkak tiba-tiba dia kejedut meja, maka biasanya yang disalahkan adalah meja tersebut. "Dasar meja nakal! Jadi aja adik kejedut" atau "sakit ya nak, sini pukul mejanya!". Atau ketika anak berjalan tersandung batu, pasti yang disalahkan batunya. Padahal yang harusnya dinasehati itu adalah anak. Seharusnya kita bilang hati-hati ya nak, merangkak atau berjalannya. Dengan begitu anak akan belajar hati-hati dan tidak mudah menyalahkan orang lain ketika dia mengalami kesulitan nantinya.
3. Tidak Boleh Menangis
Ketika anak menangis karena ada yang sakit seperti kejedut meja diatas, anak malah dilarang menangis. "Jangan nangis!" Itu biasanya yang sering diucapkan. Padahal wajar ketika sakit kita menangis, kita saja yang sudah dewasa pasti menangis jika sedang sedih. Apalagi anak kecil yang belum mampu mengekspresikan perasaannya. Biarkan dia menangis, mengungkapkan apa yang ia rasakan.
Agar nanti ketika dewasa dia sudah bisa mengelola perasaannya dan mampu mengungkapkan sesuai hatinya. Kita cukup bilang "adik boleh nangis, tapi sekarang senyum yaa nanti adik cape karena nangis terus." Banyak yang sekarang sudah dewasa tidak mampu mengekspresikan apa yang dirasakan terhadap pasangan, mungkin salah satunya juga pola asuh ketika kecil yang dilarang untuk mengekspresikan perasaannya.
4. Mudah Bilang Anak Nakal
Menurutku tidak ada anak yang nakal, dia hanya belum mengerti. Anak hanya sedang aktif. Ketika anak melakukan kesalahan, mudah sekali bilang "dasar anak nakal". Sebaiknya kita mengarahkan agar anak meminimalisir kesalahan, lama-lama anak akan mengerti bahwa yang dilakukannya itu tidak baik.
5. Menakut-nakuti Anak
Ini yang paling terekam dalam benakku sih, yang akhirnya aku sekarang jadi penakut. Sewaktu kecil aku tak kunjung tidur, Mama akan menakut-nakuti aku agar aku segera tertidur. Misalkan, "tuh ada suara apa tuh, hihhh takut ayo cepet tidur". Memang aku jadi tidur karena takut, tapi efeknya berasa sampai sekarang aku jadi penakut. Belum lagi kalau tidak nurut, akan ditakut-takuti ada ondel-ondel, tikus, dll. Kita sudah dibuat untuk takut pada sesuatu yang belum kita kenal dan ketahui. Jadi mindsetnya udah terbentuk takut.
Sama dengan Ayah yang melarangku untuk tidak menyalakan listrik untuk nonton tv. Takut kesetrum katanya. Juga melarangku menyalakan kompor, bahaya sama api. Pokoknya ketika aku hanya sendiri dirumah, aku dilarang untuk menyentuh apapun. Aku mengerti mereka khawatir denganku. Tapi sekarang aku jadi takut pasang gas dan suka takut kalau akan menggunakan listrik, udah deg-degan duluan.
Mungkin aku keliru ini bukan efek pola asuh dulu. Tapi toh ada baiknya juga kita tidak menakut-nakuti anak dengan hal yang tidak masuk logikanya. Dengan mengatakan hal yang indah yang sepertinya lebih baik daripada berkata yang menyeramkan.
6. Mengajarkan Kekerasan
Karena lucu, akhirnya kita sering memerintah bayi dengan hal aneh-aneh yang mengindikasi kekerasan. Misalkan, "pukul tuh Abangnya pukul!" Meski terlihat lucu, ini tidak baik ya. Nantinya anak merasa memukul adalah hal yang baik dan wajar ketika marah atau disakiti. Seharusnya kita ganti jadi "disayang yaa Abangnya". Bukan malah mengajarkan untuk dipukul atau dicubit. Mau terlihat lucu sekarang atau sedih nantinya?
7. Body Shamming
Body shamming sama bayi? Emang bisa? Bisa, malah ini lebih jelas, misalkan "gendut banget yaa dede". Atau kita juga tanpa terasa ketika melihat bayi orang lain mengatakan hal yang serupa. Dan mengajarkan anak untuk ikutan bilang seperti itu."tuh liat ada Abang gendut!". Makanya ga heran kalau anak dengan teman-temannya memanggil dengan sebutan gendut, kurus, hitam, puti, botak, keriting, dll. Karena dimasyarakat hal seperti itu sudah biasa yang akhirnya dianggap pembenaran.
8. Makan Sambil Keliling Kampung
Aku membiasakan Aqlan makan pertama kali dengan duduk. Karena belum ada tempat makan bayi, jadi aku dudukkan Aqlan di stroller. Untuk mendidiknya agar kalau makan itu duduk dan tidak usah diajak keliling kampung. Pernah kan kalian melihat anak kecil digendong keliling sambil dikasih makan? Ngapain Bun? Berat hehe. Anaknya jadi gak fokus makan malah. Jadinya nanti kebiasaan makannya dimana aja gak teratur. Kalau terbiasa duduk, kita juga bisa sambil makan bareng kan.
9. Mudah Menyalahkan Anak
Dikit-dikit menyalahkan anak atas apa yang anak lakukan. Misalkan anak dengan polosnya menjatuhkan susu atau bedak dilantai, anak langsung dimarahi. Jadi seorang ibu jangan terlalu banyak ekspektasi rumah bersih dan semuanya dikerjakan dengan baik. Ibu cuman satu, mana bisa mengerjakan semuanya secara sempurna disaat harus menjaga anak. Dari lelah itulah kita jadi gampang marah. Istirahat dulu, baru lanjut lagi. Tak apalah rumah berantakan masih bisa dirapikan lain kali. Tapi mental anak? Apa bisa dibersihkan?
10. Berbicara dengan Bahasa Bayi
"Ayo mamam dulu nak". Karena sering diucapkan, jadinya kita gak asing dan anggap itu benar. Padahal itu tidak mengoptimasi perkembangan bayi. Ada saatnya memposisikan bayi seperti kita, bicara dengan jelas layaknya dia sudah bisa berbicara dengan fasih. Dengan begitu, bayi akan tumbuh dengan optimal. Bayi tidak butuh kita bicara dengan tidak jelas kok, justru bayi sedang memahami perkataan orang dewasa.
Pola asuh ini adalah pola asuh terhadapku dulu dan kebanyakan orang pada umumnya. Ahh, kamu kan belum ada pengalaman, anak aja masih bayi. Tapi dari pengalaman terhadap diriku dan apa yang aku tahu aku banyak belajar. Meski belum tahu hasilnya, yuk kita lebih pelajari lagi. Meski hasil tidak sesuai ekspektasi, setidaknya kita punya prinsip untuk mengasuh anak dengan cara yang terbaik versi kita. Meski tidak sempurna tidak apa, yang penting kita terus belajar.
Yakinlah dengan apa yang kita tanamkan pada anak, akan mendapatkan dampak yang baik juga, Insya Allah. Kalau kamu, menerapkan pola asuh yang seperti apa?
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus😂 bawa anak keliling kampung sambil makan haha astaghfirullah. Perlu diteruskan ke kakek neneknya ini. Tapi gimana ya cara sopannya biar ga terkesan mengajari? 🤭
BalasHapusKalau aku sih di depan orang tua iya² aja, tapi kalau orang tuanya gak liat mah aku pake caraku sih kak hahaha. Daripada kita puyeng dan kalau dijelaskan juga mereka punya opini sendiri kan kak, jadi kaya percuma aja gitu huhu. Walau jelaskan sekali-kali sih bagus ya, tapi kalau udah bakal mengarah ke perdebatan mah yaudah lah yaa pasrah aja hahaha.
HapusMakasih kak masukannya, bener2 ilmu baru buat Alvi yg jadi ibu baru nih.
BalasHapusKadang kita gak bisa kontrol omongan lingkungan terhadap anak, jujur, Alvi agak insecure kan jadinya dan sempet buat Alvi setres deh. .semoga Alvi bisa jadi ibu yg lebih baik lagi walau masih ada banyak kekurangan.
Sama² kak Alvi 🤗
HapusSama kaaaakk. Akupun ibu baru dan masih banyak belajar. Semangat buat kita ya kak 🤗