Setiap manusia mempunyai pilihan. Pilihan untuk menentukan setiap keputusan mana yang akan diambil. Kelak keputusan yang akan mempengaruhi kehidupan nantinya. Tidak mudah punya pilihan. Tidak mudah juga untuk memilih. Tapi pilihan selalu ada bahkan dari hal yang paling kecil dalam kehidupan sehari-hari.
Contoh sederhana memilih untuk makan ayam atau ikan. Jadi pergi atau tidak. Sampai tingkat pilihan sulit bertahan atau meninggalkan. Dan setiap pilihan yang diambil harus bisa dipertanggungjawabkan. Jangan sampai merugikan orang lain. Sebisa mungkin meminimalisir resiko dari pilihan.
Termasuk perempuan yang punya beragam pilihan. Begitu rumit hidup perempuan sepertinya yaa. Sampai permasalahannya pun begitu kompleks. Justru disana istimewanya, dari banyak pilihan itulah perempuan belajar bagaimana untuk bersikap dalam memilih.
Pilihan yang Berbeda
Sekarang banyak perempuan yang dengan sadar tahu keinginannnya. Punya ambisi untuk mendapatkan cita-citanya. Tapi, kenapa setiap pilihan perempuan yang dianggap berbeda selalu dapat sindiran dari sekitar ya? Bahkan dari orang terdekat yang seharusnya mendukung malah ikut menjatuhkan. Yang tidak habis pikir adalah sindirian tersebut justru dilakukan oleh sesama perempuan.
Ibu yang memilih bekerja dibilang egois dan tidak sayang anak. Sedangkan ibu yang memilih mengurus keluarga, dibilangnya sayang ijazahnya cuman tersimpan di rak, “masa sekolah tinggi-tinggi cuman di rumah?”. Yaa terus ibu harus jadi apa dong? Jadi sunggokong yang mencari jalan kebenaran gitu? Hhmmm. Mendengarkan orang lain emang gak pernah ada habisnya ya. Padahal sebenarnya orang yang berbicara juga tidak begitu peduli dengan urusan kita. Jadinya kita yang rugi sudah mendengarkan omongannya. Biarkan saja, anggap angin lalu.
Baru-baru ini juga viral tentang pilihan salah satu youtuber yang memilih untuk Childfree. Keputusan untuk tidak memiliki anak. Banyak yang menghujat dan tidak setuju dengan pilihannya. Aku rasa itu hak setiap orang ya. Apalagi mereka tinggal di luar negeri yang mana pilihan tersebut dianggap sah-sah saja. Beda kebudayaan beda juga pola hidup. Gak bisa juga disamakan dengan kebiasaan di Indonesia. Yang mana masyarakatnya melakukan kebiasaan turun-temurun, jika menikah ya sudah pasti punya anak. Memiliki anak di sini kebanyakan karena memang sudah tradisi.
Darinya kita belajar bahwa setiap pilihan perempuan yang berbeda secara umum di masyarakat, selalu dianggap kontroversi. Padahal setiap keinginan dan kondisi perempuan yang satu dengan yang lainnya berbeda. Nyatanya, karena kita hidup di lingkungan yang dogma agama dan sosial masih melekat, sehingga perempuan mudah dihakimi ketika keinginannya berbeda atau dianggap “aneh”.
Sensitif banget yaa memang bahas Childfree ini. Karena banyak aspek dan sudut pandang juga. Menurutku, selama tidak merugikan orang lain ya kenapa tidak. Karena setiap pilihan yang paling tahu dan menjalani adalah orang yang memilih tersebut. Beresiko atau tidaknya adalah yang punya pilihan. Intinya, jangan mudah menghakimi setiap pilihan orang lain karena kita tidak pernah tahu maksud dan tujuannya.
Lingkungan juga sangat berpengaruh pada pola memilih. Terlalu banyak intervensi masyarakat juga bisa membuat pilihan menjadi berbeda. Karena preassure di masyarakat yang tinggi, tak jarang orang merasa frustasi ketika akan memilih. Seiring berkembangnya teknologi, dalam memilih lebih banyak melibatkan ilmu. Beda dengan adat banyak mengandalkan kebiasaan. Sehingga banyak yang takut akan keinginannya, karena dogma yang sudah melekat bahkan sejak ia dilahirkan.
Perempuan yang belum menikah karena umurnya dianggap sudah matang untuk menikah, di judge terlalu banyak memilih. Bayangkan, umur saja menjadi patokan. Sehingga menikah seperti ajang perlombaan. Ya, memangnya kenapa kalau memilih? Memilih pasangan itu harus loh. Apalagi ini tidak main-main, memilih orang untuk seumur hidup disamping kita. Masa iya pilih yang “biasa saja”?
Perempuan punya hak untuk memilih lelaki mana yang akan mendampinginya sesuai kriterianya. Jika selama ini belum ada yang cocok, masa harus tetap dipaksakan untuk menikah karena masalah umur? Yang akan menjalani adalah perempuan itu sendiri dan pasangannya bukan yang memberi preassure. Tidak apa jika saat ini belum ada yang satu frekuensi. Jika memang sudah waktunya, maka yang sejalan juga pasti ada. Tak usah terburu-buru karena dianggap terlalu memilih. Perempuan memang harus memilih!
Keliru dalam Memilih
Jujur saja, aku termasuk orang yang sulit untuk memilih. Bahkan hal terkecil pun aku akan kebingungan apalagi terkait hal yang besar. Mau pilih sekolah bingung, pilih eskul bingung, pilih kampus juga bingung. Ketika masuk dunia kerja juga aku masih bingung, bingung mau kerja dimana, resign atau tidak. Pokoknya aku selalu dalam kebingungan, hahaha.
Sering kali terjadi ketika masuk pertama sekolah. Saat naik tingkat ke putih abu-abu, aku perhatikan ke sekeliling teman-teman baruku. Saat itu mataku tertuju pada seseorang, dalam hati aku bilang, “ihh orang itu kayanya sombong banget ya”. Ehh ternayata malah jadi sahabat dekatku di sekolah sampai sekarang.
Begitu juga hari pertama kuliah. Orang yang aku nilai pendiam dan sepertinya gak cocok denganku, justru orang yang paling berjasa ketika aku kuliah. Sering banyak membantuku dan sering aku repotkan. Sahabatku yang sampai saat ini masih sering aku mintai saran, hehe.
Tidak apa hasil pilihan tidak sesuai ekspektasi, karena itu sudah hasil terbaik yang kita usahakan. Sekarang aku udah gak bingung lagi untuk memilih hal-hal yang kecil. Kecuali untuk hal yang besar memang perlu dipertimbangkan dan dipikir dengan matang untuk mencapai keputusan yang terbaik dan pertimbangan resiko.
Tips Bijak dalam Memilih
Belajar dari pengalaman yang selalu bingung, hehe. Aku mencoba bijak dalam memilih. Pertama, tentunya pilihlah sesuai dengan hati, sesuai yang kita ingini. Jangan dulu memikirkan orang lain. Coba dengarkan diri sendiri maunya apa, jika itu yang terbaik untuk diri sendiri maka pilihlah. Baru setelah itu, pertimbangkan dampaknya untuk orang lain. Apakah merugikan atau tidak.
Kedua, jika tidak tahu apa yang diingini atau keduanya tidak menimbulkan dampak yang signifikan untuk kita, pilihlah minimal resiko yang akan dihadapi. Jangan sampai hasilya justru malah menyusahkan kita dikemudian hari.
Ketiga, selalu ucapkan Bismillah ketika akan mulai memutuskan sesuatu. Dan selalu berdoa. Sabar, jangan terburu-buru. Pikirkan dengan matang. Memang udah gak asing ya dengar hal-hal seperti itu, tapi beneran deh, sabar dan gak gerasa-gerusu itu membantu banget. Jadi kalau hasilnya tidak sesuai, gak terlalu mengecewakan, hehe.
Itulah ceritaku tentang pilih memilih. Tulisan ini dibuat untuk memenuhi tema 1 minggu 1 cerita tentang "pilih". Tapi, udah kelewat waktunya, jadi aku terusin aja, wkwwkwk. Kalau kamu gimana pernah bingung kaya aku gini gak kalau memilih? Hehe
Posting Komentar
Posting Komentar