Kata "kepemilikan" seringkali buat kita lupa diri |
Sesungguhnya yang kita miliki sifatnya hanya sementara. Hanya amanah yang Allah titipkan kepada kita. Tinggal bagaimana kita bisa atau tidak menjaga titipan-Nya. Kalau kita merusaknya, bukan tidak mungkin yang kita punya juga akan hilang. Kata "kepemilikan" itulah yang sering buat kita lupa diri.
Kalau dilihat dengan mata, kita ini kecil banget yaa dimata Allah? Kita sejatinya tidak memiliki apa-apa. Lantas, untuk apa kita menyombongkan dengan apa yang melekat dengan diri kita? Keterlaluan sekali seolah-olah dunia bisa kita genggam.
Aku tidak sedang membicarakan orang lain. Tidak. Karena diri sendiri pun masih sering memamerkan apa yang dimiliki dan memberitahukan perasaan bahagia melalui media sosial. Seolah orang lain perlu tahu bahwa aku ini baik-baik saja dan tidak pernah ada dalam Titik Terendah. Tak lupa menginformasikan pencapaian apa saja yang sudah diraih selama ini.
Aku bisa menahan keresahan, kesedihan dan kebimbangan untuk tidak dibagikan dalam media sosial. Tapi aku tidak bisa menahan kegembiraan yang sedang aku alami. Rasanya ngalir gitu aja untuk aku bagikan agar semua orang ikut juga merasakan kebahagiaanku. Mungkin bagi yang melihat ada yang menilai aku sombong atau pamer, entahlah aku gak bisa menebak apa yang orang pikirkan. Bukan juga tugasku untuk mengetahui isi hati orang lain.
Kalau ada yang menilai seperti itu, itu hak mereka. Sama halnya ketika aku melihat postingan orang lain dan berkomentar dalam hati. Aku juga tidak bisa menyenangkan hati semua orang dengan storyku di media sosial. Yang penting statusku tidak mengandung unsur SARA bukan? Hehe.
Tapi kadang aku juga suka gak enakan kalau ingin posting. Seringkali aku berpikir, kalau posting ini nanti menyinggung orang gak ya? nanti bikin orang menilai aku macem-macem gak ya? Ahh, ini kan akunku, aku berhak membagikan apa yang ingin aku bagikan selama itu tidak yang aneh-aneh. Begitulah kira-kira perdebatan yang terjadi didalam pikiranku. Ada yang sama kaya aku? 😀
Itulah sudut pandang dari aku yang posting. Lalu bagaimana aku yang melihat postingan orang lain? Kadang aku juga sebal melihat postingan yang "mengindikasi" ke arah congkak versiku ketimbang tulus memberikan pesan yang informatif. Aku lebih suka melihat media sosial hal-hal yang informatif, ketimbang melihat postingan orang yang congkak. Kalau aku, aku skip aja gak ingin aku lihat karena bisa bikin aku merasa insecure.
Contohnya ketika aku sedang di rumah tapi aku melihat postingan yang sedang jalan-jalan ke sebuah tempat wisata, jadi menimbulkan banyak pertanyaan. "Kapan ya aku bisa kesana juga? enak yaa bisa liburan terus? Kayanya si A banyak duit yaa jadi bisa liburan jauh sama pasangan". Atau ketika melihat pencapaian orang lain. "Ih si A udah jadi anu aja ya? Kok aku masih disini aja ya? Hebat banget ya si B, kok aku gak bisa sih kaya si B?". Dan masih banyak lagi yang lain seperti itu.
Jadi suudzon sama orang lain dan terkesan tidak bersyukur dengan apa yang dimiliki. Pokoknya kalau yang bikin toxic, aku skip ja deh. Demi menjaga kesehatan mentalku untuk bisa lebih Self Love pada diriku. Nah maksudku, kalian juga bisa lakukan hal yang sama jika melihat postinganku yang bikin toxic. Skip aja deh 😂
Makanya nih sekarang aku lagi mengurangi penggunaan media sosial dan gadget (padahal mah gak sempet karena jagain Aqlan). Pengen gitu puasa media sosial dan gadget tapi kaya susaaaah banget. Bener-bener udah candu banget nih. Padahal aku sering ikutin idealismenya kak Marissa Anita tentang puasa sosial media. Yang emang bisa bikin depresi dan insecure. Tapi masih mengumpulkan kekuatan untuk itu nih, hehe.
Semoga kita bisa lebih bijak bukan congkak dalam media sosial ya. Khususnya aku! Jadi, bagaimana cara kalian dalam menggunakan sosial media?
Sosial media memang memabukkan, terlalu banyak informasi yang sebenarnya tidak kita butuhkan di dapst dari social media, mengurangi sosmed juga susah karena memang kita kadang masih ingin tahu kbar kawan2 dll
BalasHapussosial media memang sarana yang bagus untuk menguji isi hati,dari situ kta bisa menilai kualitas hati kita, :D
BalasHapusPengen rasanya puasa sosmed. Tapi masih susah kak
BalasHapus