*Disclaimer dulu ya. Tulisan ini tidak dimaksudkan untuk memojokkan kaum laki-laki. Tapi tulisan ini berdasarkan pandangan dari kaum perempuan. Kaum laki-laki boleh tidak setuju.
Sebut saja Rio. Laki-laki yang terkenal karismatik, cerdas juga humoris. Sosoknya selalu didambakan oleh kebanyakan wanita. Dengan kepercayaan dirinya dia mengakui itu semua. Karena itulah dia selalu tebar pesona kepada setiap wanita. Pikirnya, setiap wanita pasti akan tertarik padanya.
Kisah seperti ini klasik banget ya, udah gak asing ada di sinetron. Yang ceritanya anak sekolah yang disukai banyak wanita atau sebaliknya. Tapi bukan cerita cintanya yang ingin aku bahas. Tapi memaknai kehidupannya yang mungkin bisa kita petik hikmahnya. Semoga.
Kalau dibilang playboy gak juga, soalnya Rio punya pacar setelah putus dari pacarnya. Kalau playboy kan punya banyak wanita dalam satu hubungan. Iya gak sih? Tapi kesannya kaya sama ya. Soalnya cepet banget sih habis putus dapet gantinya. Seolah yang menjadi pengganti sudah jadi TTM (Teman Tapi Mesra) ketika pacaran dengan sebelumnya. Kalau sekarang namanya gebetan kali ya. Berasa old nih, wkwk.
Entah apa yang Rio cari dari setiap wanita. Yang jelas ia menikmatinya disukai wanita cantik. Apalagi jika wanita itu memujinya. Wanita yang menyukainya juga banyak kriteria. Dari mulai gadis desa sampai wanita karir yang bergelar. Bukan kaleng-kaleng, cantiknya wanita-wanita itu bak model dan artis ibukota yang make-up nya brand terkenal.
Bayangkan, sudah berapa wanita yang Rio kencani dari SMP. Hidupnya seperti hampa jika tidak ditemani wanita. Kata-kata manis Rio mampu membuat para wanita melayang dan termakan janji manisnya. Percaya begitu saja tanpa ada kecurigaan.
Berpetualang dengan banyak wanita membawa Rio kepada fase kelelahan. Dia merasa hidupnya seperti begini-begini saja tidak ada perubahan. Mendekatkan diri pada Sang Khalik menjadikannya pribadi yang baru. Pribadi yang lebih baik terhadap wanita. Karena dia tau dia dilahirkan dari rahim seorang wanita. Tak sepantasnya dia mempermainkan hati wanita.
Rio mulai berimajinasi ingin menikah dengan sosok yang menerima dia apa adanya. Dengan gadis alim yang baik, yang akan menjadi ibu bagi anaknya kelak. Rasanya tidak mungkin jika melihat dirinya begitu banyak menyakiti hati perempuan.
Dari sini kita bisa melihat, kenapa ya lelaki sekalipun "nakal" tetap ingin memperistri wanita yang baik-baik? Bukankah Allah dalam Firman-Nya surat An-Nur ayat 26, menjelaskan bahwa laki-laki yang baik untuk wanita yang baik. Begitu sebaliknya.
Kenapa tidak memperistrikan wanita yang "nakal" saja? Kan bisa saling memahami satu sama lain karena sudah kenal sifatnya. Atau jadi tidak usah repot-repot mencari lagi yang sekufu karena sudah ada yang sekufu. Ehh just kidding, hehe.
Nah untuk itu para wanita mari kita saling memperbaiki diri. Karena lelaki hanya ingin wanita yang baik. Dan kami wanita juga ingin lelaki yang baik-baik. Saling memantaskan diri, agar pantas menjadi wanita yang baik untuk lelaki yang baik.
Karena Rio tau dia tidak baik, tapi ingin mendapatkan yang baik, akhirnya ia memantapkan hati untuk berubah jadi lebih baik. Dia mulai mengurangi aktivitas yang tidak penting bersama wanita. Dia tidak lagi merayu wanita jika tidak serius menikahinya. Karena ia ingin menikah, ia pun mencari.
Dalam pencariannya tentu tidak mudah meninggalkan kebiasaan yang lama. Tapi Rio tidak menyerah, tekadnya sudah bulat. Meski kadang naik turun ia coba fokuskan untuk sebuah tujuan yang baik. Ia yakin niat yang baik, jalannya akan baik.
Sampai akhirnya ia dipertemukan dengan gadis yang baik menurutnya. Baik dari sikap dan keluarga. Dia merasa yakin dengannya dan terus mendekatinya menuju halal. Dia menceritakan semua yang terjadi di masa lalu tentang dirinya yang buruk dan dirinya yang berubah menjadi baik. Ia berkali kali meyakinkan wanitanya bahwa Rio yang ia kenal sekarang adalah Rio yang "baik".
Sebut saja Melati. Gadis yang membuatnya begitu yakin dengan tatapannya yang tajam mampu menusuk relung hatinya. Menyadarkannya betapa ia menyia-nyiakan waktunya selama ini. Dengan Melati dia yakin mampu memperbaiki hubungan dengan orang tuanya yang sudah retak oleh kesalahpahaman.
Semangat membara beserta egonya menghancurkan sebuah hubungan keluarga yang harmonis. Rio segera meminta restu kedua orang tuanya. Berharap dengan pernikahan ini semua kembali normal dan mengubur masa lalu. Masa lalu biarlah menjadi pelajaran. Begitu kata Rio.
Manusia mempunyai dua sisi baik dan sisi buruk. Tidak selalu yang kita lihat buruk itu selalu buruk, pasti ada sisi baiknya. Hanya kadang tidak terlihat atau telat menyadarinya. Begitu sebaliknya yang kita lihat baik belum tentu seutuhnya baik. Kita hanya perlu bersikap netral untuk menyeimbangkan keduanya.
Manusia berhak memiliki kesempatan kedua dan berubah jadi baik. Jika kita menemukan orang yang ingin berubah jangan dicela, bantu ia untuk bangkit. Bantu ia untuk memperbaiki. Karena orang-orang yang ingin memperbaiki juga perlu support dari sekitar agar ia bisa berdiri dengan tegak. Meski ia tidak secara langsung mengatakan butuh dukungan.
Dengan penuh haru hubungan keluarga yang renggang kembali menemukan kebahagiannya. Dengan berlangsungnya pernikahan Rio dan Melati. Rasanya itu hari yang paling bahagia bagi mereka dan merupakan titik tertinggi setelah apa yang Rio lewati selama ini. Kebahagiaan mengiringi semua pihak.
Mereka terlalu bahagia menjalani hari sampai lupa kalau manusia bisa berubah jadi baik tentu manusia juga bisa berubah buruk dong? Melati lupa kalau Allah juga Maha Pembolak balik hati manusia. Yang tadinya cinta jadi benci. Yang benci jadi cinta.
Rio kembali mengulangi kesalahannya. Kembali mengenal gadis lain. Ia lupa kalau Melati yang ia inginkan teralihkan oleh gadis yang tidak lebih baik. Rio lebih memilih batu koral daripada berlian.
Tapi Melati tak menyerah begitu saja. Ia tahu dalam hati Rio. Tidak seperti kebanyakan orang yang menyalahkan Rio. Melati melihat dalamnya hati Rio yang tidak orang lain lihat. Melati melakukan itu karena melati tahu betul bagaimana karakter Rio. Dia seperti sedang lelah dengan kehidupan. Seperti bukan Rio yang ia kenal. Ia seperti kehilangan Rio.
Bukannya marah Rio teralihkan oleh batu koral, Melati malah sibuk menganalisis apa yang terjadi dan ingin mengembalikan Rio seperti semula. Ada yang tidak beres, pikirnya. Semua usaha sudah dilakukan Melati hingga sesuatu yang baik terjadi.
Rio tersadarkan dan memohon ampun terhadap Melati dan keluarganya. Beribu maaf disampaikan dengan Isak tangis haru dan penuh penyesalan. Ia berjanji kali ini sungguh berubah dan ikhlas setiap dia melangkah atas ridho Allah. Allah yang Maha Penyayang.
Rio tak ingin kehilangan Melati untuk kedua kalinya. Mereka menganggap kejadian itu adalah sebuah kekhilafan. Sebuah keburukan yang terjadi dalam diri manusia. Rio dan Melati melangkah dengan semangat yang baru.
Kasih sayang Allah tak bisa diukur dengan kasih sayang manusia. Niatkan pernikahan karena ridho Allah. Libatkan Allah selalu dalam mengambil keputusan. Jika tujuannya ibadah, maka semua akan dipermudah. Allah Maha Pembolak balik hati manusia.
Ya muqollibal qulub tsabbit qolbi 'alaa diinik (Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu). Semoga selalu dalam keimanan dan akhlak yang baik.
KESIMPULAN
Hidup adalah sebuah petualangan. Selama perjalanannya akan terus mencari. Jika yang dicari adalah kebahagiaan, sejujurnya tak perlu dicari karena ada disekitar kita. Kitalah yang menciptakan kebahagiaan itu. Kita yang membuat menjadi bahagia. Hanya saja manusia yang serakah, ingin lebih.
Meski ada fase dimana kita lelah, tak apa istirahatlah. Ingat kembali tujuan petualangan ini untuk apa. Jika diniatkan dengan hal baik, semesta akan mendukung. Mempertemukan dengan hal-hal yang baik.
Iman memang naik turun. Saat turun, isilah dengan hanya mengingat Allah yang mampu mengubah segalanya. Yang tak mungkin jadi mungkin. Kun Fayakun!
Posting Komentar
Posting Komentar