Begitu merasa tinggi atas apa yang ia miliki, hingga lupa bahkan dirinya saja bukan miliknya. |
Menjadi manusia memang rumit. Pasalnya, banyak sekali keinginan yang mengikuti hidupnya. Sesuatu yang sebenarnya tidak betul-betul ia butuhkan hanya sekedar ingin terlihat “baik” di mata manusia lainnya. Menjadi baik versi mereka. Begitu merasa tinggi atas apa yang ia miliki, hingga lupa bahkan dirinya saja bukan miliknya. Merasa rendah jika tak memiliki apa-apa. Menginginkan apa yang orang lain miliki, padahal orang lain menginginkan apa yang ia miliki. Kata kepemilikan ini yang sering kali membelenggu.
Seolah
tak bisa lepas dari persoalan kepemilikan, manusia seperti tempat sumber
permasalahan. Begitu banyak macam-macam masalah yang pasti dialami oleh
manusia. Manusia bergelar apapun. Namun, yang penting bukan masalahnya, tapi
cara memandangnya menjadi sesederhana mungkin. Sesederhana kita memandang
rendah orang lain yang dianggap ada dibawah kita. Padahal keduanya punya
kesamaan cara pandang. Sederhana.
Sebegitu
kerasnya manusia berusaha untuk disenangi orang lain. Melakukan berbagai macam
cara untuk menarik perhatian. Rela mengeluarkan uangnya agar ia disenangi.
Menjadi sering mengikuti acara sosial hanya untuk mengharapkan simpati orang
lain. Satu hal yang ia tak sadar, yang membenici akan tetap membencinya, yang
menyukainya akan tetap sama, atau jika berlebihan akankah berubah? Padahal ia
cukup hanya menjadi dirinya.
Berhenti
berpura-pura karena itu hanya akan menyakitimu saja. Lakukan saja sebisamu,
semampumu, maka mereka akan datang untuk menyukaimu. Sekadar menawarkan bantuan
padamu. Bukan karena kamu bukan siapa-siapa tapi karena dirimu siapa.
Begitulah,
tak semua pandai mengolah perasaan. Tak semua harus mengerti dirimu. Jangan khawatir
orang lain tak menyukaimu, khawatirlah jika setiap kata yang keluar akan
menyakitinya. Tetap berbuat baik versi dirimu meski sering kali kau
dikecewakan, meski semua hasil tak sesuai rencana. Karena kau tak akan mampu
menyenangkan semua orang.
Kau
tahu? Hati yang kuat adalah hati yang mau menerima. Menerima setiap kejadian
dan membuatnya menjadi sederhana mungkin. Manusia yang katanya makhluk sosial,
harus mampu bersosialisasi dengan semua karakter. Tidak memilih suatu karakter
tertentu saja, yang membuatmu nyaman. Cukup tahu saja jika ada yang tak sesuai
denganmu, bukan tugasmu untuk merubahnya.
Sekarang,
bukalah topengmu! Lihatlah, parasmu lebih indah jika tak memakainya, lebih natural. Kau akan bisa menikmati hidup dengan
tenang yang katamu ringkih. Semesta pasti berpihak padamu.
Tak
sedikit yang tak kenal dirinya, tak sedikit pula yang tak tahu apa
keinginannya. Tapi, waktu terus berputar, hari berganti hari. Yang masih sama adalah
keegoisan.
Posting Komentar
Posting Komentar